Thursday, April 20, 2017

sinopsis Romantic Doctor Teacher Kim eps 1



Seorang remaja membawa tongkat bisbol masuk ke UGD sebuah rumah sakit, anak muda itu membuat kerusakan disana, ia memecahkan semua kaca juga mengancam orang-orang.
remaja itu adalah Kang  Dong Joo muda. ia melampiaskan emosi kemarahannya atas ketidak pedulian orang orang disana hingga menyebabkan ayahnya meninggal dunia.
== Sebuah era ketidakadilan==
Flashback!
Dong Joon meminta kepada dokter dan perawat di UGD agar menolong ayahnya karna ayangnya datang lebih dulu...ia berteriak kepada semua orang yang lalu lalang namun tidak seorang pun memperdulikannya. Dong Joo pun  marah dan terus berteriak-teriak.
Flashback End!
= =Sebuah era ketidakseimbangan ==
Dong Joo dengan penuh emosi menghancurkan kaca-kaca yang ada di rumah sakit dan juga peralatan yang ada disana.
==Sebuah era yang dipenuhi pelanggaran dan pengkhianatan==
Flashback
Karena tak ada yang memperdulikan ayah Dong Joo, akhirnya sang ayah di nyatakan meninggal pada pukul 20:23. Dong Joo pun menangis bersama ibunya, karena kehilangan Tuan Kang sebab ulah para petugas medis yang tak bertanggung jawab di rumah sakit itu.
Tepat disaat itu, dokter Do keluar dari ruang operasi dan memberitahu keluarga pasien kalau operasi pasien berjalan dengan lancar. Pasiennya saat itu adalah Ketua Dewan.
“Ayahku yang sampai lebih dulu di sini,” gumam Dong Joo dan kemudian saking emosinya, dia langsung berteriak, “Ayahku… sampai di sini duluan dibanding orang itu!”
Dong Joo  berlari menuju dokter Do dan hendak menyerangnya, namun dia langsung di tahan oleh sekuriti rumah sakit.  “Ayahku sampai lebih dulu dibanding orang itu! Ayahku seharusnya mendapat perawatan terlebih dahulu! Ayahku… lepaskan aku!” triak Dong Joo dan dokter Do menanggapinya dengan dingin. Dia bahkan terkesan tak perduli.
Flashback End
== Sebuah era di mana pasien pun didiskriminasi, berdasarkan kekuasaan dan kekayaan yang mereka miliki.==
“Kenapa kalian mempermainkan nyawa manusia, huh? Rumah sakit dan para dokter tidak boleh melakukannya!” teriak Dong Joo sambil terus mengayunkan tongkat bisbolnya. Tepat disaat itu perawat yang berjaga di meja resepsionis hendak menelpon polisi, namun dengan cepat Dong Joo langsung memukul teleponnya dengan tongkat bisbol.
Dong Joo bernarasi, “Tapi, pada saat itu…dia muncul dengan penuh percaya diri.”
Ya, kita melihat seorang pria menggunakan jas dokter berjalan  ke arah Dong Joo dan kemudian menangkap Dong Joo dengan gerakan bela dirinya. Setelah berhasil menangkap Dong Joo, dokter itu kemudian menyuntikkan obat bius pada Dong Joo. Dalam hitungan ketiga, Dong Joo pun tak sadarkan diri karena efek obat biusnya.
Tak lama kemudian, Dong Joo sadarkan diri dan dia melihat seorang dokter dengan nama, “Bu Yong Joo” sedang menjahit tangannya yang terluka.
“Apakah kau sudah merasa sedikit lebih baik sekarang, setelah datang dan membuat kekacauan?” tanya dokter yang bernama Bu Yong Joo itu.
“Bukan urusanmu, Paman,” jawab Dong Joo.
“Jangan bodoh. Hanya karena kau menumpahkan amarahmu, bukan berarti kau telah membalas dendam. Bahkan, meski kau datang dan memukulkan tongkat baseball di sini selama 100 hari pun, orang-orang itu tidak akan mengingat wajahmu. Jika kau sungguh ingin membalas dendam, jadilah manusia yang jauh lebih baik dari mereka. Jangan membalas dendam menggunakan amarah, tapi dengan kemampuan. Mengerti? Jika kau tidak berubah, maka hal lain pun akan tetap sama,” pesan dokter Bu dan kemudian pergi meninggalkan Dong Joo.
Dong Joo keluar ruangan rawat dan hendak memanggil dokter tersebut, namun dokter Bu Yong Joo sudah tak terlihat lagi. Ucapan Dokter Bu terus terngiang di telinga Dong Joo dan itu membuatnya menangis.

“Bagaimana seseorang bisa mewujudkan hal seperti itu? Terutama, seseorang seperti diriku?” ucap Dong Joo dan teringat ketika ayahnya meninggal dan dr Do sama sekali tak merasa bersalah padanya. Dong Joo pun teringat kembali pada pesan dr Bu Young Joo kalau bukan Dong Joo sendiri yang berubah, maka hal lain pun akan tetap sama. Dengan kata-kata itu, Dong Joo pun bertekad untuk berubah.
Kelang beberapa tahun kemudian Kang Dong Joo sudah menjadi seorang dokter di rumah sakit itu.
== Episode 1: Cara Meletakkan Seekor Gajah dalam Lemari Es==
== September, 2011 ==
Dua orang dokter keluar dari ruang operasi dan salah satu dokter berkata kalau yang dia dengar ada “salju istimewa” diantara dokter magang yang baru. Maksud julukan “salju istimewa” adalah dokter itu tidak peduli soal senioritas dan memperlakukan para seniornya seperti sampah. Dia bersikap kurang ajar pada para senior dan bahkan kadang memukul wajah mereka! Bahkan senior mereka berdua. dokter baru itu juga tidak pernah melewatkan satupun kelas seumur hidupnya. Sehingga membuat dia jadi seorang jenius yang ditakdirkan untuk menjadi dokter bedah.
“Tetap saja, statusnya masih dokter magang,” ucap Yeon Seo Jung santai.
Ternyata dokter magang yang diberi julukan “salju istimewa” adalah Kang Dong Joo dan saat ini dia sedang diberi tugas oleh seniornya, namun dia tak mau mengerjakannya. Dong Joo beralasan menolak perintah seniornya itu karena tujuan dia menjadi dokter magang bukan untuk membuatkannya kopi. Mendengar itu, si senior kemudian bertanya apa tujuan Dong Joo menjadi dokter dan Dong Joo pun menjawab dengan yakin kalau tujuan dia adalah untuk memperbaiki karakter manusia.
“Kalian dengar? Seorang dokter magang mengatakan dia ingin memperbaiki karakter manusia! Hey, bagaimana kalau kau perbaiki saja kepribadian angkuhmu itu, Dokter Magang? Apa kau pikir perilakumu yang tidak menghormati para senior akan bisa membuatmu memperlakukan pasien dengan baik?” tanya si senior lagi.
“Jangan menghubungkan dua hal yang sama sekali tidak ada kaitan. Membuatkan kopi dan merawat pasien dengan baik adalah dua hal  yang benar-benar berbeda,” jawab Dong Joo dan yeon Seo Jung yang ikut mendengar jawaban Dong Joo langsung tersenyum.
“Apa kau bilang? Kau tahu, kau harus menjaga sikapmu!”
“Kalau begitu, jangan menyuruhku membuatkanmu kopi. Aku tidak akan mematuhi sebuah perintah bodoh kecuali hal itu berhubungan dengan tugasku sebagai dokter,” ucap Dong Joo dan berjalan pergi. Tentu saja si senior bertambah kesal karena perintahnya di sebut dengan perintah bodoh. Sahabat Seo Jung pun menenangkan si senior dan memintanya untuk mengalah saja.
Tepat disaat itu, seorang perawat datang dan memberitahu para dokter kalau sudah ada kecelakaan besar di sebuah lokasi konstruksi dan empat orang pasien yang cedera akan segera tiba dalam dua menit. Mendengar itu, Seo Jung pun menyuruh si perawat untuk menghubungi dr Won.
Seo Jung menghampiri seorang pasien yang mengalami luka di lengan kanan dan area di sekitar lengannya mati rasa. Setelah memeriksanya sendiri, Seo Jung kemudian memanggil dokter magang.
“Sepertinya, pasien mengalami patah tulang. Peredaran darahnya normal, tapi kurasa, syarafnya terpengaruh. Jadi, lakukan pemeriksaan lengan secara mendetail lebih dulu. Lakukan pemeriksaan x-ray forearm anterior-posterior lateral dan lakukan reduksi secepatnya,” perintah Seo Jung pada dokter magang dan dokter magang itupun langsung membawa pergi si pasien untuk dilakukan pemeriksaan X-ray.
Si senior Dong Joo tadi juga memeriksa pasien kecelakaan dan karena mereka kekurangan dokter, dia pun berteriak memanggil dokter magang untuk membantunya. Saat hendak membantu dokter lain mengurus pasien, Dong Joo tiba-tiba mendengar seorang gadis remaja berkata kalau ibunya dulu yang datang ke rumah sakit dan butuh perawatan karena dia merasa kesakitan, sedangkan perawat yang ada di dekatnya berkata kalau pasien kecelakaan juga membutuhkan bantuan Dong Joo.
Dong Joo kemudian menemui Seo Jung dan bertanya apa Seo Jung bisa ikut dengannya sebentar? Karena ada pasien yang sedang kesulitan dalam pernafasan. Saat itu Seo Jung sedang mengobati seorang pasien, jadi dia tak terlalu menghiraukan pada apa yang Dong Joo katakan, dia lebih fokus pada pasien yang sedang dia rawat. Dia bahkan menyuruh Dong Joo untuk memasang ketetern pada pasien yang ada di depannya itu.
“Ada seorang pasien yang sedang kritis. Dia memiliki riwayat COPD (penyakit paru obstruktif kronis),  dan saat ini memiliki masalah SIRS (gangguan respon terhadap rangsangan klinis). Aku kuatir dia mungkin juga mengidap pneumonia sepsis,” ucap Dong Joo.
“Bagaimana tanda-tanda vital pasien saat ini?” tanya Seo Jung.
“Tekanan darahnya 107,  untuk saat ini dia stabil, tapi….”
“Kalau begitu, pasangkan dulu kateter untuk pasien ini!” potong Seo Jung.
“Tolong lakukan ABGA (pemeriksaan gas darah) padanya,” jawab Dong Joo.
“Kau tidak lihat tekanan darah pasien ini terus turun? Masih belum mengerti siapa yang harus didahulukan?” tanya Seo Jung dengan nada kesal.
“Sudah kubilang, pasien tadi mungkin mengidap pneumonia sepsis!” jawab Dong Joo dengan nada marah.
“Hey, Anak Magang!” teriak Seo Jung memanggil dokter magang yang lain. “Cepat kemari dan gantikan si berengsek ini! Pergi dari sini!” ucap Seo Jung dengan kesal.
Tepat disaat itu, petugas 119 membawa pasien yang lebih parah lagi, pasien itu tertusuk besi dimana bagian ujung besi ada bongkahan semen. Semua orang yang ada di UGD terperangah melihatnya.
Seo Jung kemudian menelpon dr Moon yang saat itu sedang melakukan operasi, dia menelpon untuk menanyakan apa yang harus mereka lakukan pada pasien yang tertancam besi itu. Sambil meneruskan operasi yang dia lakukan, dr Moon memberi pengarahan pada Seo Jung.
“Di mana tepatnya posisi besi itu?” tanya dr Moon.
“Menancap mulai perut bagian atas sampai punggung bagian bawah, posisinya berdiri jenjang,” jawab Seo Jung.
“Tanda-tanda vitalnya?”
“Untungnya, tekanan darahnya 119, jadi masih normal, denyut nadinya 130/menit. Tidak ada pendarahan berlebih.”
“Mungkin saja terjadi pendarahan internal,  jadi lakukan FAST (pemeriksaan sonografi yang difokuskan pada luka) padanya dan tetap jaga stabilitas tanda-tanda vitalnya. Aku akan merawatnya setelah ini,” jawab dr Moon dan setelah Seo Jung menutup telepon, dr Moon langsung memberitahu tim-nya kalau mereka harus menyelesaikan operasi itu dalam waktu 30 menit, jadi mereka semua harus lebih fokus lagi.
Kembali ke UGD dimana Seo Jung memindahkan pasien ke ruang perawatan dan meminta dipasang cline  juga keteter pada pasien. Karena buru-buru membawa peralatan, seorang perawat tak sengaja menyenggol petugas 119 yang sedang memegangi bongkahan semen, karena bongkahan semennya tak ada yang memegangi, alhasil besi itupun jatuh dan darah pasien langsung muncrat kemana-mana.
Melihat itu Seo Jung langsung terdiam, tak bergerak, sedangkan yang lain langsung sibuk memberikan pertolongan pada pasien. Ada apa dengan Seo Jung? Kenapa dia tiba-tiba tercengang seperti itu?
Dr Moon kembali mendapat telepon dari UGD dan saat di beritahu kalau besi terlepas dari tubuh pasien, dr Moon langsung memanggil Seo Jung. Seo Jung sendiri masih terdiam, tapi karena semua orang berteriak padanya, Seo Jung pun dengan cepat sadar kembali.
Seo Jung menjawab telepon dr Moon dan dr Moon berpesan padanya kalau dia akan segera ke UGD dalam waktu 10 menit lagi, jadi Seo Jung harus merawat pasiennya sampai dia datang. Dengan terbata-bata, Seo Jung pun mengiyakan.
Melihat kondisi pasien, Seo Jung mencoba berpikir tentang apa yang harus dia lakukan. Dia kemudian memakai jas operasi dan memakai sarung tangan. Tak lupa, Seo Jung meminta perawat untuk menyiapkan banyak kain kasa lagi. Tanpa bertanya pendapat temannya, Seo Jung langsung menggunting perban si pasien. Saat ditanya apa yang sedang Seo Jung lakukan, dia pun menjawab kalau dalam kondisi seperti ini, kemungkinan pasien akan mengalami cedera aorta, jadi mereka tak punya banyak waktu lagi. Ya, Seo Jung berencana membedah pasien di UGD sekarang juga, sebab kalau tak dilakukan pembedahan, pendarahan internalnya bisa lebih parah.


Seo Jung membedah di depan banyak orang dan salah satu orang yang melihatnya adalah Dong Joo. Setelah membedah, Seo Jung kemudian memasukkan tangannya kedalam tubuh pasien dan mencari sesuatu didalam tubuh pasien.kondisi pasien terus menurun dan pendarahannya belum berhenti.
Melihat apa yang Seo Jung lakukan, Dong Jung pun bergumam apa Seo Jung sedang mencari arterinya? Setelah beberapa detik mencari, akhirnya Seo Jung menemukannya. Pendarahan pasien berhenti dan Seo Jung berkata kalau dia rasa pendarahannya bukan berasal dari arteri utama, tapi dari arteri limpa. Selain pendarahannya berhenti, kondisi pasien juga mulai stabil.
Dr Moon menelpon untuk bertanya apa yang terjadi? dan Seo Jung menjawab kalau kondisi vital pasien kembali stabil. Mendengar itu, dr Moon sedikit terkejut dan kemudian menanyakan tentang pendarahannya. Seo Jung menjelaskan kalau terjadi pendarahan dari arteri limpa, tapi dia sudah menekannya.
“Apa maksudmu menekannya? Menggunakan apa?” tanya dr Moon penasaran.
“Dengan jari saya,” jawab Seo Jung dan semua orang terkejut mendengarnya. Dr Moon tersenyum dan menyebut Seo Jung, dengan sebutan “gadis sinting.” Semua orang di ruang operasi juga ikut tersenyum mendengarnya. Dr Moon kemudian menyuruh Seo Jung dan kawan-kawan untuk membawa pasien ke ruang operasi sekarang juga.
Karena tak bisa melepaskan jarinya, Seo Jung pun naik ke ranjang dan ikut ke ruang operasi. Melihat apa yang Seo Jung lakukan, Dong Joo seperti mulai merasa suka pada Seo Jung. ..... kerenn banget loh adengan ini.
Dr Moon menyudahi operasinya, karena hanya tinggal menjahit, jadi dia meninggalkan si pasien untuk di urus tim-nya. Ketika hendak mencuci tangan, dr Moon melihat pasien yang ditangani Seo Jung masuk ruang operasi, dia juga melihat Seo jung masih berada di atas tempat tidur pasien.
Ketika bertemu dr Moon, Seo Jung pun meminta maaf karena terjadi insiden lepasnya besi. Dr Moon pun tak mempermasalahkannya, karena sisanya dia yang akan mengurusnya. Dia bahkan memuji kerja keras yang sudah Seo Jung lakukan. Namun saat melihat wajah si pasien, Seo Jung masih berasa gemetaran.
Berhasil menyelamatkan pasien, Seo Jung dan kawan-kawan makan jajangmyun untuk merayakannya. Kedua temannya memuji apa yang sudah Seo Jung lakukan dan Seo Jung menjawab kalau itu hanya keberuntungannya saja. Senior Seo Jung pun memberikan julukan baru pada Seo Jung, yaitu “Ratu Jari Penahan” karena sebelumnya Seo Jung sudah mempunyai julukan “Paus Gila.”
Tepat disaat itu, dr Park masuk dan langsung memarahi Seo Jung karena Seo Jung sudah mengabaikan  pasien yang mengidap pneumonia spesis, padahal Dong Joo sudah memintanya untuk mengurus pasien itu. Seo Jung pun menjawab kalau tadi dia mengurus pasien yang tertusuk besi.
“Tapi pasien pneumonia itu datang lebih dulu dibanding pekerja konstruksi itu!” ucap dr Park.
“Tapi, tanda-tanda vitalnya normal dan hanya sedikit demam, jadi….”
“Jadi, sedikit demam itu bukan kondisi darurat bagimu?” potong dr Park. “Apakah seseorang harus mengalami pendarahan parah baru kau menyebutnya dalam kondisi kritis, Dokter Yoon?”
“Tidak, bukan seperti itu maksud saya.”
“Pasien itu mengalami ARDS (indikasi kerusakan paru). Dia bisa meninggal kalau saja Kang Dong Joo terlambat sebentar saja! Kudengar bahwa dia memintamu memeriksa pasien itu dan melakukan ABGA! Dua kali! Kenapa kau tetap mengabaikan dia?”
“Saya tidak mengabaikan dia, Saya….”
“Kalau begitu, kau sebut tindakanmu itu apa? Kau bahkan tidak menyadari kondisi pasien dan kalah dari seorang dokter magang?” tanya dr Park dan Seo Jung pun hanya bisa meminta maaf. Dr Park pun kemudian menyuruh Seo Jung untuk meminta maaf pada pasien.
Setelah dr Park pergi, Seo Jung benar-benar merasa kesal pada Dong Jung karena dia berani melaporkan seniornya. Si senior juga ikut kesal dan dia kemudian bertanya apa Seo Jung punya ide untuk membalas Dong Joo.
Seo Jung menemui Dong Joo dan menyebutnya “anak magang”,  Seo Jung tak mau memanggil Dong Joo dengan namanya. Dia kemudian membahas tentang pasien yang berhasil Dong Joo selamatkan, dia memuji kinerja Dong Joo, padahal Dong Joo masih menjadi dokter magang. Dong Joo pun menjawab kalau dia akan melakukan apapun yang terbaik.
“Benarkah? Kalian semua mendengar kata-katanya, kan? Anak magang kita akan melakukan yang terbaik semampunya. Mulai sekarang, kita serahkan semua pasien MA pada  anak magang kita ini,” ucap Seo Jung mengumumkan pada semuanya.
“Apa maksudmu?” tanya Dong Joo tak mengerti.
“Ya, banyak sekali pasien MA yang datang ke UGD. Jadi, pengalaman ini akan benar-benar membantumu berkembang sebagai seorang dokter. Lakukan yang terbaik,” tambah Seo Jung dan kemudian berjalan pergi. Setelah Seo Jung pergi, Dong Joo kemudian bertanya pada salah satu perawat tentang maksud “MA”.
“Itu akronim dari “Major Asshole.” Maksudnya adalah pasien yang berkelakuan seperti sampah,” jawab si perawat dan Dong Joo masih tak mengerti. Namun maksud dari “MA” kemudian langsung bisa dia pahami, karena tak lama kemudian muncul seorang pasien mabuk dengan kepala penuh darah. Saat Dong Joo hendak mengobatinya, si pasien malah memberontak sehingga membuat wajah Dong Joo kena sikut.
Tak berselang lama, muncul pasien wanita yang disaat Dong Joo hendak memeriksanya, dia malah berteriak histeris dan menyebut Dong Joo cabul. Bukan hanya menyebut “cabul” wanita itu juga menampar Dong Joo.
Selesai mengurus pasien wanita aneh, Dong Joo sekarang mengurus pasien yang merupakan bos gangster. Sebelum Dong Joo menusukkan jarumnya, anak buah si bos memperingatkan Dong Joo kalau bos-nya sangat membenci jarum suntik. Ketika si bos berteriak takut pada jarum, semua anak si bos langsung bersiap-siap memukul Dong Joo. Melihat apa yang terjadi pada Dong Joo, Seo Jung pun tersenyum senang.
Merasa lelah, Dong Joo pun membeli kopi di mesin minuman. Wajah Dong Joo benar-benar sudah babak belur karena menghadapi pasien MA. Saat dia hendak membuka kaleng kopi, tiba-tiba Seo Jung muncul dan mengambil kopinya.
“Hei? Apakah semuanya baik-baik saja? Tidak berat kan?” tanya Seo Jung.
“Ya, tidak terlalu buruk,” jawab Dong Jung santai.
“Kudengar kau yang terbaik dan menyelesaikan segala sesuatu sampai tuntas. Jadi, tetap lakukan yang terbaik, oke? Dan, terima kasih untuk kopinya,” ucap Seo Jung dan pergi. Dong Jung benar-benar merasa kesal pada Seo Jung, rasa kesalnya bertambah saat Dong Jung hendak membeli minuman lagi tapi uang koinnya habis.
Seo Jung mendapat pasien yang kesulitan BAB, dia kemudian meminta bantuan Dong Jung untuk membantu si pasien mengeluarkan tinja-nya. Sebelum Dong Jung melakukan tugasnya, Seo Jung keluar ruang pasien dengan perasaan senang.
Si senior bertanya apa Hye Jung tak terlalu keras pada Dong Jung? Dan temannya juga bertanya bagaimana kalau Dong Jung nantinya melarikan diri karena penyiksaan dari Seo Jung?
“Kalau begitu, dia sudah selesai,” jawab Seo Jung dengan santai. Tak lama kemudian terdengar teriakan pasien dan suara itu tambah membuat Seo Jung kegirangan karena berhasil membalas dendam pada Dong Jung.
Dong Jung dan si perawat terus berusaha membantu pasien mengeluarkan tinjanya dan akhirnya mereka berhasil, namun tinjanya muncrat ke wajah Dong Jung. Si perawat yang tak tahan pada baunya, langsung pergi keluar karena dia mau muntah.
Setelah membersihkan wajahnya, Dong Jung menemui Seo Jung dan mengembalikan alat-alat yang dia gunakan untuk menarik tinja pasien. Dong Jung juga menjelaskan kalau pasien mengalami perobekan pada anus-nya dan bagian lain dalam kondisi aman-aman saja.
“Syukurlah. Kerja bagus, anak magang,” puji Seo Jung.
“Kau mencoba untuk mempermainkanku, kan?” tanya Dong Jung dengan ekspresi serius dan Seo Jung pura-pura tak mengerti. “Kau memberiku para pasien yang dapat membuatku frustasi. Apakah aku salah?”
“Wow, kurang ajar sekali. Kenapa kau begitu pemilih? Apakah kau mendiskriminasi pasien karena kelakuan mereka?” tanya Seo Jung dan Dong Joo meralat, dia protes karena perlakuan Seo Jung padanya sudah sangat kelewatan. Semua orang yang mendengar perdebatan mereka berdua, memilih diam.
“Hey, anak magang. Bagaimana caramu untuk memasukkan seekor gajah ke dalam lemari es?” tanya Seo Jung. “Jawabannya adalah… membiarkan para anak magang melakukannya. Di sini, anak magang harus melakukan apa pun yang diperintahkan pada mereka dan kau, tidak boleh mendiskriminasi pasien serta menolak merawat mereka. Itu berlaku juga untuk pasien tadi yang tidak bisa mengeluarkan tinja  dari pantatnya sendiri. Kau mengerti? Dan kalau kau tidak bisa mengatasinya, pergilah. Aku juga tidak memintamu bertahan, berengsek,” ucap Seo Jung dan kemudian kembali fokus pada pekerjaannya.
“Apa sebenarnya kesalahanku? Saat kau melakukan pertunjukan dengan pasien pendarahan itu, aku menyelamatkan pasien lain yang datang sebelum dia. Di mana letak kesalahanku?”
“Apa kau bilang? Melakukan pertunjukan?”
“Kau melakukan semua itu agar mendapat julukan seperti “Paus Gila” dan “Ratu Jari Penahan,” kan?
Kau memiliki ego yang besar, tapi masih begitu haus akan pengakuan. Kondisi medis untuk pasien seperti itu disebut  Histrionic Personality Disorder [selalu ingin menjadi pusat perhatian]. Apakah aku salah?” ucap Dong Joon.
“Dan, istilah medis untuk kondisimu adalah Narcissistic Personality Disorder [Kepercayaan diri berlebih] Kau bajingan psiko yang tidak punya sopan santun!” balas Seo Jung dan kemudian berjalan pergi.
Dong Joo pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri. Walaupun sudah membersihkan diri, Dong Joo tetap merasa kesal karena mengingat ejekan Seo Jung yang menyebutnya Histrionic Personality Disorder. Sama seperti Dong Joo, Seo Jung juga masih merasa kesal dengan ejekan Dong Joo yang menyebutnya haus akan pengakuan.
Seo Jung sudah berada di lobi dan langkahnya langsung terhenti saat melihat rombongan petinggi rumah sakit lewat. Dr Do melihat Seo Jung, namun dia hanya melihatnya dengan wajah tanpa ekspresi kemudian berpaling. Dr Moon juga melihat ke arah Seo Jung dan memberikan senyuman padanya.  Melihat dr Do, Seo Jung pun bergumam kalau dr Do tidak pernah mengakui kemampuannya. Menyadari hal itu, Seo Jung pun merasa apa yang Dong Joo katakan ada benarnya, dia memang haus pengakuan, dia ingin diakui oleh dr Do. Hmmm… sebenarnya apa yang terjadi pada Seo Jung dan dr Do? Kita lanjut saja sinopsisnya…
Waktunya makan siang dan Seo Jung makan bersama teman-temannya, sedangkan Dong Joo makan sendirian, dia makan sambil mambaca buku. Melihat itu, Seo Jung kemudian menghampiri Dong Jung. Dia bertanya apa Dong Jung tak punya teman ataupun pacar? Dong Joo pun menjawab tak punya, karena dia tak punya waktu untuk memikirkan hal seperti itu.
Seo Jung meminum yogurt milik Dong Jung dan berkomentar kalau kehidupan Dong Joo pasti sangat membosankan, karena dia tak punya teman ataupun kekasih. Namun Seo Jung tak heran kalau Dong Joo selalu berada di peringkat pertama.
“Di UGD, bukan masalah mana pasien yang datang lebih dulu. Tapi, siapa yang lebih membutuhkan penanganan. Hari itu, pasien pneumonia tidak berada dalam kondisi kritis. Jadi, masalahnya adalah tentang penilaianku. Aku tidak mengabaikan pasien itu agar bisa melakukan pertunjukan seperti katamu. Kau mengerti, anak magang? Terima kasih untuk minumannya,” ucap Seo Jung dan pergi.
Tapi dia kemudian kembali lagi untuk memberikan kopi kaleng sebagai ganti kopi yang pernah dia ambil dari Dong Joo. Sebelum pergi, Seo Jung mengajak-ajak rambut Dong Joo, seolah-olah Dong Joo adalah adiknya.
Melihat apa yang Seo Jung lakukan pada Dong Jung, temannya pun jadi penasaran, namun Seo Jung langsung membawanya pergi.
Seo Jung menguap dan temannya datang sambil membawakan segelas kopi untuknya. Teman Seo Jung bertanya sebenarnya apa yang ingin Seo Jung lakukan pada Dong Jung, membalas dendam padanya? Atau justru menggodanya? Seo Jung pun menjawab kalau dia melakukan semua itu karena merasa kagum pada kinerja Dong Joo, karena kalau dokter biasa, mereka pasti sudah kabur mendapatkan pasien-pasien yang menyiksa seperti itu. Mendengar Seo Jung memuji Dong Joo, temannya langsung berkata kalau dia melihat simbol hati di mata Seo Jung.
Dong Jung sedang memeriksa pasien yang mengaku demam sejak pagi tadi dan di dalam dadanya seperti ada yang mengganjal di dalamnya, seolah-olah ada batu besar di dalam tubuhnya. Si perawat kemudian bertanya apa dia harus menghubungi Seo Jung? Namun Dong Jung tak mengiyakan, dia berpendapat kalau mereka hanya perlu melakukan beberapa pemeriksaan dasar dulu, seperti memeriksa suhu tubh dan tes x-ray.

Keluar dari ruang pemeriksaan, Dong Jung menyuruh si perawat untuk melakukan pemeriksaan ECG (pemeriksaan reaksi jantung terhadap alat eletronik). Karena Dong Jung sepertinya menghindari Seo Jung, si perawat kemudian berkata kalau Seo Jung sebenarnya tidak mencoba untuk mengganggu Dong Joo.
“Aku mengenal dia dengan baik  karena sudah cukup lama bekerja sama. Dia hanya menunjukkan ketertarikan dan keingintahuan terhadapmu karena hasil kerjamu bagus. Julukannya memang “Paus Gila”, tapi dia sebenarnya memiliki hati yang baik,” ucap si perawat yang kemudian pamit pergi karena harus melakukan pemeriksaan ECG.
Tak berselang lama dari si perawat pergi, pasien yang Dong Joo periksa tadi tiba-tiba pingsan. 



Dong Joo langsung menghampiri pasien dan perawat berkata kalau denyut nadi pasien tak ada, dia menebak kalau pasien mengalami serangan jantung. Mendengar itu Dong Joo langsung menepuk-nepuk pundak pasien, namun si perawat langsung menyuruhnya melakukan CPR. Ketika Dong Joo melakukan  CPR, perawat pria menyuruh temannya untuk memanggil Seo Jung.
Seo Jung datang dan ketika mendengar pasein demam dan pingsan, Seo Jung pun langsung berkata kalau pasien kemungkinan menderita myocarditis (radang jantung) . Setelah mengetahui pasien pingsan beberapa menit yang lalu, Seo Jung langsung melakukan pengobatan yang dia bisa, karena tim bedah sedang makan malam bersama staf lain dan butuh waktu 30 menit untuk sampai ke rumah sakit.
Tak punya waktu berdebat, Seo Jung langsung minta disiapkan defibrilator dan inkubasi secepatnya, kurang dari 3 menit. Dong Joo masih terus melakukan CPR dan Seo Jung menyuruhnya untuk lebih kuat melakukannya. Tapi karena Dong Joo terlalu lemah, Seo Jung menyuruhnya minggir dan dia sendiri yang menggantikannya, sedangkan ambu-nya dia serahkan pada A Ra.
Defibrilator datang dan Seo Jung langsung menggunakannya untuk memaju jantung si pasien, berselang dengan CPR yang dia lakukan. Karena masih belum mendapatkan respon apa-apa dari jantung pasien, Seo Jung pun menaikkan lagi tegangan defibriator sampai 200 joules. Namun masih belum ada perkembangan dan mereka sudah melakukan CPR sampai 4 menit 30 detik. Mendengar sang suami tak bisa ditolong, si istri langsung menangis dan Seo Jung melihatnya. Karena Seo Jung sudah kelelahan, si perawat laki-laki langsung menggantikan Seo Jung melalukan CPR.
Melihat kondisi pasien dan keluarga pasien, Seo Jung langsung mengajak semuanya untuk memindahkan pasien. Namun A Ra dan perawat wanita mengingatkan Seo Jung kalau dokter tim bedah tidak ada di tempat.
“Jika seorang pria yang masih relatif muda demam, lalu terkena serangan jantung, kemungkinan besar dia mengalami myocarditis. Kita bisa menyelamatkan dia dengan memberi oksigen melalui membran extracorporeal. Jika kita menunggu lebih lama lagi, kita bisa kehilangan dia! Kita tidak punya banyak waktu! Cepat ambil mesin ECMO!” jelas Seo Jung dan A Ra mengingatkan Seo Jung kalau sampai Seo Jung melakukan kesalahan saat melakukannya, dia pasti akan di salahkan oleh dr Yoon.
Namun Seo Jung tak perduli, karena yang ada di pikirannya adalah menyelematkan pasien, jadi dia meminta untuk dibawakan mesin ECMO segera. A Ra terus membujuk Seo Jung untuk tidak berbuat nekat, dia menyarankan agar mereka melakukan CPR saja selama 10 menit dan jika tidak berhasil, maka mereka tidak bisa melakukan apapun.
“Bayangkan perasaan kalian sendiri jika terbaring di sini, tapi dokter yang bertanggung jawab hanya berkata  “ini tidak akan berhasil”? Bagaimana perasaan kalian?” ucap Seo Jung.
“Bukan itu masalahnya. Jika sesuatu yang salah terjadi, kau bisa kehilangan pekerjaanmu!” jawab A Ra dan si perawat laki-laki, setuju dengan pendapat A Ra.
“Kalian semua akan terus seperti ini? Sudah kubilang, aku akan bertanggung jawab! Jadi, ambil alatnya sekarang juga! Oh, sial!” teriak Seo Jung dan hendak mengambil alatnya sendiri karena mereka semua tidak ada yang mau bergerak. Namun baru saja berbalik, Seo Jung melihat Dong Joo membawa mesin ECMO-nya.
Melihat mesin ECMO-nya sudah datang, Seo Jung langsung meminta semuanya untuk membawa pasien ke ruang pengobatan. Orang yang sebelumnya tak akur, kali ini mereka secara kompak menyelamatkan pasien. Dong Joo menjadi asisten Seo Jung, karena dia memang sudah terbiasa melakukan hal tersebut, bahkan dia sudah menjadi asisten dokter dalam kasus yang sama setidaknya 10 kali setiap bulan. Sebelum mulai, Seo Jung mengingatkan Dong Joo kalau satu kesalahan saja mereka lakukan, maka pasien bisa meninggal.
Seo Jung mulai dan meminta A Ra melakukan kompresi, walau pun setengah hati, A Ra tetap melakukan apa yang Seo Jung minta. Setelah itu Seo Jung dan Dong Joo yang bekerja, Dong Joo benar-benar menjadi asisten yang bagus untuk Seo Jung.
*ECMO atau Extracorporeal Membrane Oxygenation merupakan suatu tindakan medis untuk memberikan bantuan pada fungsi jantung dan paru-paru yang mengalami gangguan kronik hingga fungsi dari satu dan atau keduanya dapat pulih
Jadi Seo Jung melakukan oksigenasi pada jantung pasien agar jantungnya bisa bekerja dengan baik lagi dan dengan bantuan Dong Joo, dia berhasil melakukannya. Setelah berhasil menyelamatkan pasien, Seo Jung langsung bertanya nama si pasien dan perawat menjawab Lee Myung Woo. Seo Jung pun kemudian mendekati wajah Tuan Lee dan berbisik padanya.
“Tuan Lee Myung Woo. Kau bisa mendengar suaraku, kan? Aku Yoon Seo Jung. Aku baru saja selesai mengoperasi dirimu. Kami sedang mengoksigenisasi darahmu. Aku yakin kau akan baik-baik saja. Kau harus bertahan sampai akhir, oke?” bisik Seo Jung.
Si perawat kemudian menelpon dr Moon dan memberitahukan apa yang Seo Jung lakukan. Dr Moon menjawab kalau dia bisa mengerti dan menyuruh si perawat untuk terus memonitor perkembangan pasien dan tetap melaporkan semuanya pada dia.
Dokter senior memeriksa keadaan pasien dan kemudian menyuruh Seo Jung ikut dengannya. Mereka pergi ke tangga darurat dan disana dokter tadi langsung menendang kaki Seo Jung. Si dokter memarahi Seo Jung karena melakukan ECMO tanpa dokter senior bersamanya.
“Hey.Kau itu bekerja di UGD, fokus saja pada hal-hal mengenai UGD!Jika kau menginginkan hak untuk menentukan pasien layak mendapatkan perawatan ECMO atau tidak,ambil jenjang spesialis sana!” ucap dokter senior.
“Pasien sekarat,jadi kami tidak punya waktu untuk berargumen soal itu,” jawab Seo Jung.
“Bagaimanapun juga, jangan harap kau akan bebas dengan mudah dalam hal ini. Persiapkan dirimu,” ucap dokter senior dan kemudian pergi. Ternyata Dong Joo mengikuti mereka berdua dan mendengar percakapan mereka.
Seo Jung pergi ke ruang obat dan menangis. Dia berusaha meyakinkan diri kalau semuanya akan baik-baik saja, karena yang penting pasiennya selamat. Dong Joo masuk dan melihat apa yang Seo Jung lakukan. Seo Jung hendak keluar dan melihat Dong Joo yang ternyata ada di ruangan itu juga. Tentu saja Seo Jung langsung berbalik dan menghapus air matanya. Dia bersikap seolah-olah tak terjadi apa-apa dan kemudian bertanya ada apa?
“Maafkan aku.Semua ini karena aku.Itu karena ketidakcakapan diriku.Aku sudah sok tahu,dan baru menyadari bahwa aku kurang tanggap dalam menghadapi realita,” aku Dong Joo.
“Oh, hentikan.Tidak masalah.Bagaimanapun juga,pasien sudah selamat dan kita melakukan hal yang benar.Aku bisa menulis 1,000 halaman permohonan maaf jika memang mereka menyuruhku melakukannya. Jadi, jangan cemas,” jawab Seo Jung dan kemudian memuji kemampuan asisten Dong Joo yang bagus.
“Benarkah?”
“Kelihatannya kau mampu memasukkan salah satu kaki gajah ke dalam lemari es. Kerja bagus, anak magang,” ucap Seo Jung dan hendak pergi. Namun Dong Joo tiba-tiba menariknya dan menyudutkan Seo Jung ke rak obat. Tanpa basa basi, Dong Joo langsung mencium bibir Seo Jung dan Seo Jung terdiam di cium Dong Joo.
“Apa yang kau lakukan? Kau tidak waras?” tanya Seo Jung ketika Dong Joo melepas ciumannya.
“Apakah tidak boleh? Apakah tidak boleh…bagiku untuk jatuh cinta padamu?” tanya Dong Joo dan kembali mencium bibir Seo Jung. Sama seperti sebelumnya, Seo Jung tak menolak, dia bahkan menikmati ciuman Dong Joo. Tapi tak lama kemudian Seo Jung menyadarkan dirinya, dia mendorong Dong Joo, agar menjauh darinya.
“Kau… gila,” ucap Seo Jung dan pergi. Tapi dia kembali lagi dan memberitahu Dong Joo kalau dia sudah punya kekasih. Mengetahui hal itu, Dong Joo bukannya menyesal, dia malah tersenyum.
Diluar hujan dan Seo Jung masih merasa kesal dengan apa yang baru saja terjadi padanya. Dia bahkan berganti baju sambil mendumel. Saat akan keluar ruang ganti, A Ra memberitahunya kalau dr Moon sudah sampai.
Dong Joo juga sudah berganti baju dan saat berjalan keluar rumah sakit, dia terus senyum-senyum sendiri. Ketika melihat Seo Jung sedang menunggu di teras rumah sakit, Dong Joo pun menghampirinya. Berada di samping Dong Joo setelah apa yang mereka berdua lakukan tadi, membuat Seo Jung sedikit salah tingkah dan Dong Joo sendiri hanya tersenyum.
“Tentang sebelumnya…itu hanya kecelakaan.Kau mengerti, kan?” ucap Seo Jung membuka suara.
“Kecelakaan?”
“Yeah, semacam…Kita baru saja menyelamatkan seorang pasien yang sekarat, jadi…Jadi, um…kau dan aku hanya sedang emosional.Hal itu menyebabkan produksi hormon berlebih,jadi aku tidak bisa bereaksi dengan benar.Maka yang terjadi adalah…aku hanya terbawa suasana untuk sesaat,” jelas Seo Jung tentang alasan dia tadi tak menolak ciuman Dong Joo tadi.
“Apa kau bilang?”
“Maksudku, tadi itu bukan apa-apa.Kau mengerti?”
“Bagiku,sejak saat di mana kau…Saat kau menemukan arteri pasien itudan menahannya.Kau duduk di ranjang pasiendan menahannya sampai di ruang operasi.Aku merasa kau sangat keren sejak saat itu,” aku Dong Joo
“Kau tidak dengar yang barusan ku katakan?Sudah kubilang bahwa aku sedang berkencan dengan seseorang.”
“Aku ingin berkencan denganmu.”  
“Sudah kubilang, aku sedang berkencan dengan seseorang,kami sedang menuju jenjang lebih lanjut!”
“Dan aku ingin tidur denganmu,” ucap Dong Joo tiba-tiba dan tentu saja hal itu membuat Seo Jung kaget. 
“Aku menyukaimu, Senior. Aku ingin tidur denganmu,” aku Dong Joo dengan berani dan tepat disaat itu dr Moon datang dengan mobilnya. 
**ya... Kang Dong Joo!! omooooo abis cium anak gadis orang. bukan pacar pula, enak banget langsung ngajak bobo bareng.
“Itu dia. Pria yang ku kencani,” ucap Seo Jung dan kemudian pergi ke mobil dokter Moon. Dong Joo terdiam melihat keduanya pergi bersama.
Ketika mobil berhenti di lampu merah, Seo Jung masih diam seperti sedang memikirkan sesuatu. Namun dia tak mengatakan apa-apa pada dr Moon. Dr Moon kemudian memegang jari telunjuk Seo Jung yang dia gunakan untuk menahan arteri pasien. Setelah itu, dr Moon mengeluarkan sebuah cincin dan memasangkannya ke jari telunjuk Seo Jung.
“Ini tahun terakhir masa residensimu, kan? Mari kita menikah secepatnya setelah masa residensimu berakhir,” ajak dr Moon dan Seo Jung terlihat seperti tak terlalu senang akan hal tersebut.
Lampu sudah berganti hijau dan ketika dr Moon memajukan mobilnya, tiba-tiba dari arah berlawanan sebuah truk besar lewat dan menabrak mobil Dr Moon.
Karena hujan, Dong Joo memutuskan tak pulang, dia tetap berada di rumah sakit. Dia masih terdiam karena sudah di tolak oleh Seo Jung. Tak lama kemudian perawat mendapat telepon dari dr Moon yang memberitahu mereka kalau dia dan Seo Joon kecelakaan. Beberapa menit kemudian, petugas 119 membawa Seo Jung dan dr Moon ke UGD. Seo Jung tak sadarkan diri dan dr Moon masih bisa berjalan, dia hanya membawa kompres untuk mengompres kepalanya.
“Tekanan darahnya rendah.Dia terbentur tepat di sisi kanan kepala  sehingga mengalami gegar otakdan lengan kanannya juga patah,jadi lakukan x-ray lebih dulu dan, pastikan melakukan semua tes yang diperlukan,” ucap dr Moon dan Dong Joo mengiyakan.
 
Saat melepas jam tangan Seo Jung, si perawat melihat cincin yang melingkar di telunjuk Seo Jung. Dia terlihat kaget melihatnya dan kemudian melihat ke arah dr Moon yang saat itu sibuk memberikan perawatan pada Seo Jung.
Dr Moon menyobek baju Seo Jung dan juga bra-nya, Dong Joo langsung menutupnya dengan kain, agar semua orang tak melihat tubuh Seo Jung. Saat itu, Seo Jung sedikit membuka matanya. Dari layar dr Moon melihat  hemoperitoneum, jadi dia menyuruh mereka semua  untuk membawa Seo Jung ke ruang operasi secepatnya setelah CT scan selesai.
“Aku akan mengoperasi dia dan kita juga harus merawat lengan serta tulang tengkoraknya,jadi hubungi Departemen Orthopedi dan tanya apakah kita bisa melakukan operasi gabungan atau tidak,” perintah dr Moon pada Dong Joo, namun Dong Joo hanya diam saja, sehingga membuat dr Moon menaikkan suaranya dan bertanya kenapa Dong Joo tak mengatakan apapun?
“ Apakah Anda mabuk lalu mengemudi?” tanya Dong Joo dan dr Moon ingat kalau dia tadi memang sudah  minum beberapa gelas.
“Saya akan menghubungi orang lain untuk melakukan operasinya.Kita lakukan CT Scan dulu padanya,” ucap Dong Joo dan mengajak perawat pria pergi. Sekarang  tinggal dr Moon dan perawat wanita yang ada di ruangan itu.
Saat berada di lift, Dong Joo memegang tangan Seo Jung dan melihat cincin yang ada di jari telunjuknya. Seo Jung kembali membuka mata dan memanggil dr Moon. Dengan nada kecewa, Dong Joo menjawab kalau dia bukan dr Moon, melainkan di anak mangang brengsek. Dia juga mengatakan kalau mereka akan membawa Seo Jung ke ruang CT Scan.
“Di mana Dokter Moon?” tanya Seo Jung.
“Dia di UGD.Dia tidak terluka parah,dia baik-baik saja. Jadi, jangan mencemaskan dia,” jawab Dong Joo.
“Periksalah dulu Dokter Moon.”
“Apa kau gila?Kau yang sedang kritis saat ini.”
“Bukan aku, tapi dia.Kepalanya terbentur keras,” jelas Seo Jung dan pada kecelakaan itu memang dr Moon lah yang mendapatkan benturan keras, karena truk menabrak bagian dimana dr Moon duduk.  “Apa yang kau lakukan?Aku menyuruhmu lekas pergi ke sana!”
“Senior.”
“Kang Dong Joo!” panggil Seo Jung dan tepat disaat itu pintu lift terbuka.
“Kumohon.Periksalah Dokter Moon.Kumohon?” pinta Seo Jung dan Dong Joo pun langsung pergi dengan menggunakan tangga darurat.
Saat hendak mencari dr Moon, dia kemudian tanpa sengaja melihat dr Moon sedang bicara serius dengan perawat wanita di tangga darurat. Mereka hanya bicara berdua. Selesai bicara dengan perawat, dr Moon naik dan terkejut melihat Dong Joo, si perawat kemudian ikut naik dan ikut terkejut.
“Apa yang sedang terjadi?” tanya Dong Joo dan dr Moon langsung mengalihkan topik dengan bertanya apa yang terjadi pada Seo Jung. Namun Dong Joo tak menjawab, dia langsung berjalan pergi, sehingga dr Moon terus memanggilnya. 
Saat mengejar Dong Joo, tiba-tiba dr Moon jatuh pingsan karena merasa sakit pada bagian kepalanya. Melihat itu, Dong Joo langsung menghampirinya. Si perawat memeriksa dan dengan menangis berkata kalau dr Moon sudah tak bernafas.
Dong Joo terkejut mendengarnya, dia kemudian teringat pada ucapan Seo Jung kalau dr Moon lah yang parah bukan dirinya. Mengingat itu, Dong Joo terdiam dan si perawat terus menangis.
Seo Jung sudah baikkan, hanya tangannya saja yang masih di perban. Dia terus melihat ka arah cincin pemberian dr Moon. Hmmm…. apa yang terjadi pada dr Moon? Ternyata dia sudah meninggal dunia. Semua dokter mengantarkannya ke pemakaman, kecuali dr Do yang hanya melihat iring-iringan pelayat dr Moon dari atas, dari ruang kerjanya.
Kenapa dr Moon bisa langsung meninggal, padahal dia terlihat baik-baik saja? Ternyata di kepala dr Moon terjadi pendarahan internal akibat luka benturan dalam kecelakaan mobil.
Dong Joo hendak menemui Seo Jung, namun dia sudah tak ada lagi di kamar rawatnya. 
Sekarang dia sudah berada di sebuah pegunungan, dengan tangan yang masih terluka dan kondisi lemah, Seo Jung nekad mendaki gunung. Sambil jalan dia mengingat kembali apa yang terjadi pada malam itu.
Flashback!
Ketika dr Moon memberikan cincin dan mengajaknya menikah, Seo Jung mengaku kalau Dong Joo mengungkapkan rasa sukanya hari ini dan karena pengakuan Dong Joo, Seo Jung merasa sedikit goyah. Mendengar hal itu, dr Moon sedikit kecewa dan kemudian menjalankan mobilnya. Di luar dugaan ada truk berjalan dari arah berlawanan dan menabrak mobil mereka.
Flashback End!
Mengingat semua itu, membuat Seo Jung kepleset dan terjatuh. Tak bisa bergerak karena kakinya keseleo, Seo Jung pun hanya bisa menangis.
Di rumah sakit, A Ra dan In Soo khawatir pada Seo Jung. Mereka bertanya-tanya kemana dia pergi karena yang A Ra tahu, Seo Jung tak punya keluarga. Dong Joo mendengar percakapan kedua seniornya dan itu membuat dia khawatir juga pada Seo Jung.
Seo Jung masih terbaring di hutan, dia menyalakan senternya untuk berjaga-jaga siapa tahu ada yang lewat dan melihatnya, sehingga dia bisa di tolong. Dia kemudian teringat lagi ketika Dong Joo mengaku suka padanya dan itu membuatnya kembali mengumpat. Karena sudah terlalu lemah, Seo Jung pun tak sadarkan diri.
Seorang pria melintas dan melihat cahaya senter milik Seo Jung, dia pun langsung menghampiri Seo Jung. Karena ketika dia menyenter wajah Seo Jung, mata Seo Jung seperti memberikan respon, jadi pria itu menebak kalau Seo Jung masih sadarkan diri. Pria itu kemudian memeriksa tubuh Seo Jung dan ketika melihat tangan Seo Jung di perban, dia langsung berkomentar kalau Seo Jung gila, karena dia mendaki dengan kondisi fisik seperti itu.
Seo Jung membuka matanya lebar karena pria yang tak dia kenal sudah menggerayangi, padahal pria itu hanya ingin memeriksa bagian tubuh Seo Jung yang mana yang terluka. Saat pria itu memegang kaki Seo Jung, Seo Jung langsung mengaduh kesakitan. Pria itupun jadi tahu kalau hanya kaki Seo Jung saja yang terluka, jadi diapun hendak mengobati kaki Seo Jung lebih dahulu.
Diam-diam, Seo Jung mengambil senternya dan kemudian mengarahkan ke arah si pria dan ternyata pria itu adalah Kim Sa Bu. Seo Jung terlihat kaget ketika melihat wajah si pria. Karena merasa silau, pria itu kemudian membelokkan arah senter Seo Jung, namun Seo Jung terus mengarahkan cahaya senternya ke wajah Kim Sa Bu.
“Baiklah. Mari kita rawat dulu kakimu, akan sedikit sakit,” ucap Sa Bu dan dalam hitungan ketiga, dia langsung mengembalikan tulang kaki Seo Jung yang keselo ke posisi semula. Sa Bu berhasil melakukannya, namun karena rasa sakitnya, Seo Jung langsung pingsan.


Tak mungkin meninggalkan Seo Jung sendirian di hutan, Sa Bu pun menggendong Seo Jung dan membawanya pergi
bersambung..
Komentar :
kita sudah  berkenalan dengan tiga tokoh utama kita Kim Sabu, Kang Dong Joo dan Yeon Seo Jung. masing masing mempunyai cerita masa lalu yang pahit... 
bagaimana kelanjutan kisah cinta Kang Dong Joo dan Yeon Seo Jung?
bagaimana kehebatan Kim sabu di meja operasi?
jangan lupa lanjut ke episode dua ya chinggu
anyonghaseo.