Sunday, April 23, 2017

Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 1




http://drakorpalembang.blogspot.co.id
Lima tentara khusus korea selatan berjalan digelapan malam di sebuah tempat yang dipenuhi rumput rumput tinggi dengan senapan teracung dan lampu bersinar dari senjata mereka .Para anggota pasukan khusus itu sedang berada di wilayah zona demiliterisasi Korea dengan radius jangkauan sekitar 680 M. mereka ditugaskan menyelamatkan tentara korea selatan yang ditawan. para petinggi militer korea selatan mengadakan pertemuan khusus. Komandan  menjelaskan ”Pada pukul satu, tiga anggota pasukan khusus Korea Utara, menyebrangi wilayah zona demilitarisasi, menyerang pos penjagaan milik Korea Selatan dan menyandera 2 tentara Korea Selatan''


Para pimpinan militer itu membahas tentang pengiriman pasukan khusus Korea Selatan untuk membebaskan sandera prajurit korea selatan jenderal, memberitahukan bahwa ia sudah mengirim Pasukan Khusus, yaitu Tim Alpha untuk membantu tim yang telah dikirim sebelumnya. salah seorang pimpinan rapat dibidang pemerintahan sipil (karna tidak memakai seragam militer) ia mengatakan ”dengan mengirimkan anggota pasukan khusus, apakah kamu mencoba memulai perang yang baru?”.
Kemudian letnan jenderal Yoon menjelaskan ke pihak pemerintah sipil '' dalam wilayah demilitarisasi, pihak yang melakukan penembakan duluan adalah pihak yang melakukan pelanggaran dalam perjanjian genjatan senjata Internasional''.  Letjen Yoon menjelaskan tindakan militer korea selatan kali ini disengaja untuk memberikan bantuan militer kepada pasukan korea selatan yang ditawan sama pihak Korut.  Pada penyelesaian akhir misi itu, pihak tentara Korea Selatan bisa mendapat kartu negosiasi dalam pakta perjanjian internasional.
.Tentara Korea utara menawan sandra didalam gubuk ditegah padang rumput,  Sementara itu, pihak komandan pasukan khusus serta asistennya yakni  Yoo Shi-Jin (Song Joong-Ki), serta Seo Dae-Young ( Jin Goo) sedang melakukan tugas negara mereka di wilayah demiliterasi ini. mendekati lokasi, Tim pertama  yang telah berangkat lebih dulu sempat curiga dengan identitas tim alpha, tapi Yoo Shi Jin (Song Jong Ki) memperkenalkan dirinya sebagai komandan tim alpha dan memberitahukan bahwa mulai saat itu timnya akan mengambil alih operasi

Nama sandi operasi mereka adalah Harry Potter. tim pasukan khusus yang lain menyiapkan lokasi penembakan jarak jauh dan bom bila terjadi hal yang tidak diharapkan.  Komandan Shi Jin dan sersan seo dae young melepaskan atribut militer mereka termasuk senjata.


anggota yang lain bertanya '' apa yang kalian lakukan'', kita berada di wilayah demitelirisasi, yang terbaik yang dapat dilakukan adalah negoisasi, jawab shi jin


 Shi Jin dan Dae Young  melangkah ke daerah penyanderaan untuk melakukan negosiasi dengan tentara Korea Utara untuk membebaskan tiga tentara Korea Selan yang ditawan.  Komandan Shi jin dan sersan Deo young berhenti cukup jauh dari lokasi namun suara meraka dapat didengar oleh tentara korea didalam gubuk.
http://drakorpalembang.blogspot.co.id

http://drakorpalembang.blogspot.co.id
 Shi Jin dan Dae Young berhenti sebentar, sambil berteriak  Shi Jin menjelaskan siapa dirinya dan menyuruh mereka mengakhiri penyanderaan dan berjanji akan mengirim mereka kembali kerumah mereka dengan selamat.
Tidak ada jawaban dari dalam pos,  Dae Young mengatakan ini tidak akan mudah dan mengajak Shi Jin masuk. shi jin mengangguk lalu berbicara melaui earphone memberitahukan kepada anggota team lain kalau dirinya akan masuk 

Dalam operasi ini Shi Jin menamai dirinya dengan ‘Big Boss’,anggota team yang bertugas sebagai penembak jarak jauh menjawab ''ini Piccolo (julukan) aku mendapatkan mereka''  tim lain mengatakan bom sudah selesai lalu bergabung dengan tim yang berkumpul untuk mengamankan lokasi juga menjawab ‘Harry Potter (julukan) siap sedia’.

tentara itu mengkhawatirkan keadaan Shi Jin dan Dae Young.
Komandan tim pertama mengatakan mereka akan menggunakan peledak itu hanya jika perundingan yang dilakukan Shi Jin gagal.
Shi Jin dan Dae Young sudah tiba di depan pintu pos. Dae young  membujuk tentara Korea Utara untuk mengakhiri penyanderaan mereka dan segera kembali ke negara mereka karena keadaan akan semakin sulit jika hari semakin terang.
Pintu pos terbuka. Shi Jin dan Dae Young diperintahkan masuk oleh mereka dibawah todongan senjata.
Setelah keduanya masuk, pintu pos kembali ditutup.
Tapi pemimpin penyanderaan, Letnan Senior Ahn Jung Joon, mengatakan mereka tidak akan kembali sebelum mereka membunuh salah satu dari Pasukan Khusus. Jung Joon menyerahkan senjatanya pada anak buahnya dan mengambil pisaunya, menghunuskannya ke arah Shi Jin.
Shi Jin tidak menyetujuinya. Shi Jin mengambil pisaunya juga dan menghunuskannya pada Jung Joon.
ehh kayaknya shi jin kidal deh...kok pegang pisaunya tangan kiri yah

Mereka saling menyerang. lalu Shi Jin dan Dae young saling mengangguk dan membagi tugas. Shi Jin menghadapi ketiga tentara itu, Dae Young  melepaskan ikatan dua tentara mereka yang disandera. Salah seorang tentara Korea Utara menyerang Dae Young dan untungnya Shi Jin berhasil menahannya.
Dae Young berhasil membuka ikatan sandera dan kembali bergabung dalam pertarungan. Ia mendorong salah satu tentara Korea Utara hingga menabrak tombol alarm.  alarm berbunyi dan lampu merah menyala, membuat tentara yang menunggu di luar menjadi semakin wapada.
Sekarang di dalam pos hanya tinggal Shi Jin dan Jung Joon. Shi Jin berusaha keras untuk menarik Jung Joon keluar dari pos. Dan saat di luar, Jung Joon berhasil melukai pinggang Shi Jin sementara Shi Jin berhasil meletakkan pisaunya di leher Jung Joon.
Jung Joon itu mengejek,'' kau bisa membunuh ku tapi kau  tidak akan berani membunuhnya karena negara mu terlalu peduli dengan pendapat negara lain, dan itu berbeda dengan negaranya''.
Salah seorang tentara Korut lain menodongkan pistolnya ke kepala Shi Jin, membuat Dae Young waspada.
“Kita sudah terpisah 70 tahun dan kalian masih saja tidak mengerti. Kami selalu siap menyerang lebih dulu jika itu demi menjaga  perdamaian…”, ucap Shi Jin. Titik merah sniper Korsel muncul di kepala tentara Korut yang sedang menodongkan senjatanya pada Shi Jin.
Shi Jin mengatakan ''aku tidak ingin kalian membuat kesalahan lain karena ia pernah mencegah prajuritnya dari berbuat kesalahan''. Komandan Korut,”Saya  datang sebagai prajurit dan pergi dengan cara yang sama. Senang bertemu denganmu, prajurit Yoo Shi Jin”. letnan Korut itu memerintahkan prajuritnya menurunkan senjatanya dari kepala Shi Jin. Shi Jin menegaskan pertemuan mereka kali sangat menarik, namun dia tak ingin lagi bertemu dengan komandan Ahn Hyung Joo (komandan Korut) lagi.

Kemudian komandan Shi Jin melaporkan bahwa misi tim alpha sudah berakhir.
Shi Jin dan Dae Young bermain tembak tembakan di arena bermain temba-tembakan dan skor mereka sangat rendah. karna mesin berkata '' apa kalian  menembak dengan mata tertutup''
 hahhahahahah mesinnya ga tau sih

 Shi Jin dan Dae Young heran dan berpikir mungkin senjata mainan yang mereka pakai bengkok atau belum distel dengan benar.
Shi Jin berusaha mengokang senjata berkali-kali, membuat si penjaga arena mainan Kwang Soo (Lee Kwang Soo) marah, takut senjatanya rusak. Kwang Soobertanya apakah mereka ingin menggunakan senjata yang lain?dan memberitahukan Shi Jin dan Dae Young kalau senjatanya itu senjata yang biasa dipakai oleh pasukan Delta AS di Perang Gurun dan sangat berbeda dengan senjata yang digunakan di militer dulu.
Shi Jin dan Dae Young saling berpandangan dan hanya tertawa. 
Terdengar suara wanita yang berteriak maling, Dae Young berlari keluar dengan membawa senjata mainan itu.Shi Jin protes mereka sedang tidak bertugas, terpaksa  Shi Jin juga keluar dengan membawa senjata mainannya.
Mereka melihat seorang pria berlari keluar dari sebuah toko dan mencuri sebuah motor milik seorang pengantar dagangan yang kebetulan parkir di depan toko. Dae Young mengatakan senjata mainan mereka hanya memiliki jarak efektif yang pendek, sekitar 5 meter.
Shi Jin menyahut, kalau posisi si pencuri berjarak kurang lebih 10 meter dari mereka.
Mereka mulai berhitung mundur, 10m… 7m… ,  setelah hitungan ke lima, mereka menembakkan isi senjata mainan itu dan tepat mengenai dahi si pencuri itu. Membuat si pencuri itu terjatuh dari motornya dan di dahinya terlihat titik noda darah. Kupon-kupon beterbangan keluar dari tas yang dicuri si pencuri itu. Kwang soo nelen ludah aja liat dua anggota khusus nangkep pencuri dengan senjata matian.

*ekspresi kwang soo ga nahan hahhahhahahaha
Pemilik motor, seorang ahjussi, mengambil kembali motor dan tasnya. Dae Young menanyakan apakah ia tidak akan menelpon polisi. Ahjussi itu tidak mau repot-repot berurusan dengan polisi hanya karena kupon-kupon tidak berharga itu dan ia juga tidak mau mengurusi si pencuri yang sudah terluka itu.
Setelah mendapatkan kembali motor dan tas kuponnya, ahjussi itu pun cepat-cepat pergi. Dae Young terpaksa menghubungi ambulance dan melaporkan ada pasien yang terluka karena kecelakaan motor.
Shi Jin  memberikan pertolongan pertama pada si pencuri yang sepertinya mengalami patah kaki. Beberapa orang merekam aksi Shi Jin. Si pencuri itu protes, mengatakan kalau ia baik-baik saja.
Shi Jin tidak peduli dan menjitak kepala si pencuri itu, menyuruhnya diam karena kalau tidak tulang belakangnya juga ikut patah. Si pencuri itu berteriak kesakitan sambil memegang dahinya  sakit.Shi Jin mengambil tali dari saku celana si pencuri itu dan lagi-lagi si pencuri itu protes.
Shi Jin hanya bilang kalau itu untuk kebaikan masyarakat. Dan Shi Jin pun meminta Kwang Soo menjual dua boneka beruang yang ada di tokonya. Kwang Soo mengatakan boneka itu bukan untuk dijual.
Shi Jin tahu itu tapi ia ingin Kwang Soo menjualkan padanya, ia berjanji akan memenangkan seluruh permainan di arena bermainnya Kwang Soo.
Mau tidak mau, Kwang Soo terpaksa menuruti keinginan Shi Jin. Lalu Shi Jin juga minta dipinjamkan spidol pada Kwang Soo.

Shi Jin dan Dae Young duduk di dalam sebuah kafe. Dua wanita yang akan keluar dari kafe, berbisik-bisik dan tertawa sambil sesekali melihat ke arah Shi Jin dan Dae Young. menertawakan Shi Jin dan Dae Young, yang masing-masing memiliki boneka di samping mereka.

oalahhh hahahhaha kirain buat apa bonekanya ... sekarang anggota tim khusus kita punya pacar sungguhan ....tapi boneka hahahhahah
Shi Jin memuji pacar Dae Young yang cantik. Dae Young mengelus telinga bonekanya dan mengatakan kalau boneka itu adalah tipe wanita idealnya. Lalu ia juga memuji pacar Shi Jin yang cantik.
Shi Jin mengatakan itu adalah teman seperjuangannya. Shi Jin tidak habis pikir, bisa-bisanya Dae Young menerima boneka itu. Dae Young mengatakan karena Kwang Soo memaksanya mengambilnya dan melarangnya kembali lagi ke sana.apa yang bisa kulakukan
Shi Jin benar-benar heran, Dae Young memiliki hati yang mudah tersentuh tapi bisa bertahan di medan perang. Menurut Shi Jin, Dae Young benar-benar orang yang sulit dimengerti.
Lalu tiba-tiba Dae Young teringat si pencuri tadi dan berpikir apa si pencuri itu akan baik-baik saja. Ia merasa si pencuri itu harus bertemu mentor yang baik supaya bisa menjadi atlit.
Shi Jin tidak mengerti kenapa kejadian tadi begitu mengganggu pikiran Dae Young. Apa anak itu mengingatkanmu pada masa lalumu?, tanya Shi Jin.
“Aku hanya merasa kasihan padanya”, sahut Shi Jin sambil memandang jauh ke luar jendela kafe, terlihat agak sedih. Shi Jin menebak, sepertinya saat seusia anak itu, Dae Young banyak melakukan hal buruk
“Malah aku yang memerintahkan mereka…”, potong Dae Young dengan sombong wajah  Dae Young yang mirip tokoh utama sebuah film noir dan membuat orang lain menjadi karakter jahat.
Lalu tiba-tiba ponsel Shi Jin bergetar dan Shi Jin mengambil ponselnya. “Dari batalyon?”, tanya Dae Young.
“Ya…”, jawab Shi Jin dan kemudian memperlihatkan pada Dae Young siapa yang menelponnya. “Tapi dari batalyon lain…”, sambung Shi Jin lagi.
Dae Young melarang Shi Jin menerima telpon itu. Tapi Shi Jin akan menerimanya  menyuruh wanita itu datang ke kafe saat itu juga. Ia menyuruh Dae Young lebih jantan dengan menemui wanita itu dan bilang putus.
Dae Young membujuk Shi Jin dengan menjanjikan akan membelikan steak untuk makan malam. Tapi Shi Jin mengatakan ia punya cukup uang untuk membeli steak.
Dae Young tidak mau menyerah, mengatakan akan memberikan wiski yang berusia 17 tahun, tapi Shi Jin tetap menolak, mengatakan kalau wiski itu murah.
Akhirnya Dae Young terpaksa berjanji akan membuat janji kencan buta dengan sepupunya dari angkatan udara. Shi Jin tertarik mendengarnya. Dae Young menambahkan kalau sepupunya itu pramugari dan punya banyak teman. hahahahahhahaha
Shi Jin setuju sambil ngomel kenapa baru sekarang cerita soal sepupunya dan memberikan ponselnya pada Dae Young sembari meminta Dae Young memberikan ponsel  padanya. Dae Young mereject panggilan telpon di ponsel Shi Jin dan merogoh saku jaketnya untuk mengambil ponselnya.
Dae Young tidak menemukan ponselnya dan merogoh-rogoh semua saku yang ada di jaketnya.
 Shi Jin tidak percaya ''apa kamu bercanda'', si pencuri itu berhasil mengambil ponsel Dae Young.
Flash Back :
Shi Jin asik menuliskan catatan di lengan tangan si pencuri itu, Dae Young sibuk memeriksa apakah kaki si pencuri itu terluka atau tidak. Di saat itulah si pencuri itu diam-diam merogoh saku jaket Dae Young dan mengambil ponsel Dae Young.
Dae Young sepertinya sempat merasa ada seseorang yang merogoh saku jaketnya, sempat menoleh, menatap si pencuri itu dengan tajam. Tapi pencuri itu cepat-cepat menutup matanya dan menyembunyikan tangannya di balik badannya.
Pada saat yang bersamaan, petugas ambulans datang dan menanyakan tentang kecelakaan motor yang dilaporkan.

Flash Back end
Dae Young sangat kesal dan bersumpah akan membunuh si pencuri itu. Shi Jin tertawa, “Bukannya tadi kau kasihan padanya?’.Dae Young tidak menanggapi candaan Shi Jin dan buru-buru pergi, menyusul si pencuri itu ke rumah sakit.
Ambulans tiba di rumah sakit Haesang, dua orang perawat, perawat yang masih muda bernama Choi Min Ji dan perawat yang berwajah jutek bernama Ha Ja Ae menyambut kedatangannya di depan pintu masuk IGD.
Saat diturunkan dari ambulance si pencuri itu merasa perlakukan para petugas agak kasar dan memohon agar diperlakukan lebih lembut. Tanpa seorang pun tahu, sebuah ponsel jatuh dari saku celana si pencuri itu. Ponsel itu adalah ponsel Dae Young. Min Ji tersenyum saat melihat ada dua boneka beruang yang diikatkan di samping kepala si pencuri itu.
Si pencuri itu lagi-lagi protes, meminta agar boneka itu dilepaskan saja. Tapi tidak ada yang menggubrisnya.
Saat si pencuri itu akan dibawa masuk ke IGD, petugas ambulans memanggil Min Ji dan memberikan ponsel yang ia temukan pada Min Ji.
Kebetulan ponsel Dae Young bergetar lagi karena ada panggilan yang masuk. Min Ji melihat panggilan itu dari Yoon Myeong Ju. Min Ji mengangkatnya dan memberitahukan kalau ia adalah perawat di rumah sakit Haesung di bagian IGD. Ia memberitahukan kalau pemilik ponsel itu mengalami kecelakaan motor.
Min Ji ingin tahu apakah wanita yang menelpon itu keluarga pasien, tapi telpon keburu ditutup.
Kang Mo Yeon (Song Hye Gyo), seorang dokter di IGD datang menemui si pencuri itu, dan membaca tulisan di lengan si pencuri itu. Tenyata Shi Jin menuliskan ‘Kemungkinan mengalami patah tulang rusuk dan keseleo pada pergelangan kaki’.
Mo Yeon tersenyum setelah membaca tulisan tersebut dan semakin tersenyum lagi saat melihat dua boneka yang diikatkan di leher si pencuri itu. Si pencuri itu merasa semakin malu dan lagi-lagi mengeluhkan boneka yang tidak dibuka-buka juga sedari tadi.
Mo Yeon tertawa kecil dan memuji pertolongan pertama yang dilakukan cukup rapi dan baik. Ia bertanya siapa yang memberikan pertolongan pertama pada si pencuri itu. Si pencuri itu mengatakan orang yang menyebabkan ia celaka lah yang menolongnya.
Mo Yeon memeriksa rusuk dan kaki si pencuri itu dengan cara menyentuh rusuk dan kaki si pencuri itu dan seketika itu juga si pencuri itu mengaduh kesakitan. “Apa kau pencuri?”, tanya Mo Yeon.
Si pencuri itu kaget. Mo Yeon menunjukkan tulisan lain di lengan si pencuri itu, di sana tertulis kalau ia adalah pencuri dan kalau bisa diberikan perawatan yang paling menyakitkan.
Si pencuri itu membantah. Mo Yeon tidak membahas lagi dan menyuruh si pencuri itu untuk menghubungi perusahan asuransi untuk mengklaim biaya rumah sakit karena mereka juga harus melakukan x-ray.
Belum sempat si pencuri itu menjawab, Min Ji mendekati Mo Yeon dan memberitahukan kalau Kepala mencari Mo Yeon. Sebelum pergi, Mo Yeon berpesan pada Min Ji agar memanggilnya kalau hasil rontgen sudah keluar.
Min Ji memberikan ponsel Dae Young kembali pada si pencuri itu dan memberitahukan tadi ia menerima satu panggilan telpon. Ia berpesan agar si pencuri itu menunggu di sana karena butuh waktu agak lama untuk mempersiapkan rontgen. Dan kemudian Min Ji pun pergi.
Si pencuri itu mengambil kembali ponsel Dae Young dan memasukkannya ke dalam saku celananya. Tak lama ia mendapatkan telpon dari seseorang yang mungkin teman gangnya. Ia memberitahukan keadaannya yang tidak begitu baik dan menyuruh temannya membawa motor untuk menjemputnya.
Si pencuri itu membuka kayu yang menahan pergelangan kakinya dan berguling ke samping, membuatnya jatuh dari tempat tidur. Hihi… Dengan menahan sakit, diam-diam ia pergi dari ruang IGD.
Mo Yeon sedang bicara dengan Ketua di koridor rumah sakit. Mereka membicarakan tentang bantuan Mo Yeon dalam tesis Ketua dan Ketua berharap materi itu dapat membantu studi Mo Yeon. Ketua juga menanyakan tentang interview posisi akademis dan Mo Yeon mengatakan ia sedang mempersiapkannya.
Mo Yeon menjadi tidak konsentrasi berbicara dengan Ketua karena tiba-tiba ia melihat si pencuri itu, pasiennya, berjalan di luar rumah sakit sambil tertatih-tatih. Mo Yeon meminta izin pamit pada Ketua dengan alasan pasiennya kabur dan kemudian berlari menyusul pasiennya itu.
Ja Ae memanggil Min Ji, menanyakan keberadaan si pencuri itu. Min Ji jelas kaget karena baru saja ia melihat si pencuri itu masih tidur di tempat tidur.
Tak lama terdengar suara si pencuri dan Mo Yeon. Si pencuri itu terus mengeluhkan kalau ia harus pergi, karena kalau tidak, ia bisa menyebabkan kekacauan di rumah sakit. Ia juga tidak mau tinggal karena kalau ia tertangkap, ia tidak akan berakhir di IGD tapi di kamar mayat. “Apa hakmu menahanku di sini? Bukannya terserah aku mau dirawat atau tidak?”, protes si pencuri itu lagi.
Mo Yeon mengatakan itu memang bukan haknya tapi itu adalah tugasnya. Si pencuri itu terus keras kepala ingin pergi dan bertengkar dengan Ja Ae dan juga Mo Yeon. Saat akan pergi, Mo Yeon menahan pencuri itu, mengatakan kalau tempat tidur di arah yang lain.
pencuri itu mengatakan ia mau ke toilet. “Kau tidak percaya padaku? Ini, pegang ponselku…”, ucap si pencuri itu sambil memberikan ponsel yang ada ditangannya pada Mo Yeon.
Mo Yeon mengalah dan membiarkan si pencuri itu masuk ke toilet.
Tak lama, ponsel yang dipegang Mo Yeon berbunyi, dari ‘Big Boss’. Ponsel yang dipegang Mo Yeon ternyata bukan ponsel si pencuri itu, melainkan ponsel Dae Young.
Begitu melihat nama ‘Big Boss’, Mo Yeon langsung salah paham dan mengeluhkan kalau seharusnya orang-orang seperti itu ikut wajib militer supaya berpikir dewasa. Mo Yeon menyimpan ponsel itu di dalam saku jas dokternya dan tidak menjawab panggilan tersebut.

Sementara itu, Shi Jin dan Dae Young sudah tiba di depan IGD. Shi Jin yang sedang mencoba menghubungi ponsel Dae Young, memberitahukan Dae Young kalau telponnya tidak diangkat.
Alih-alih memperhatikan apa yang diucapkan Shi Jin, perhatian Dae Young malah tertuju pada sekelompok gangster yang sedang berjalan ke arah parkiran Gedung Pemakaman. Dae Young curiga dengan gerak-gerik mereka.
Shi Jin memanggil Dae Young, memberitahukan kalau IGD arahnya bukan ke sana. Dan Shi Jin mengajak Dae Young masuk.
Sesaat setelah mereka masuk, si pencuri itu muncul dari arah yang lain sambil menelpon temannya, mengabarkan kalau ia sudah di luar rumah sakit. Dan sepertinya temannya itu juga sudah tiba di sekitar rumah sakit.
Shi Jin masuk ke ruang IGD sambil terus mencoba menghubungi ponsel Dae Young. Ia mendengar suara ponsel lain dan berjalan mendekati arah bunyi ponsel tersebut dan tiba di belakang Mo Yeon yang saat itu sedang menjahit luka seorang pasien yang sudah agak tua.
Shi Jin mencoba menghubungi ponsel Dae Young lagi untuk memastikan apakah itu benar ponsel Dae Young atau bukan. Dan untungnya, kali ini Mo Yeon mau mengangkatnya, “Halo?”.
Shi Jin mendekati Mo Yeon dan menjawab sapaan Mo Yeon, “Halo?”. Mo Yeon kaget saat melihat Shi Jin dan melihat layar ponsel, tertulis ‘Big Boss’.
Mo Yeong langsung menunjukkan wajah tidak suka. Dengan agak jutek, Mo Yeon bertanya, “Apa kau Big Boss-nya?”.
Shi Jin membenarkan dan kemudian menanyakan kenapa ponsel itu ada pada Mo Yeon. Masih dengan nada jutek, Mo Yeon mengatakan pasien yang menitipkan padanya. Lalu ia bertanya apa Shi Jin keluarga pasiennya dan Shi Jin mengatakan tidak.
Mo Yeon semakin jutek dan saat Shi Jin mengatakan kalau ponsel itu milik mereka, Mo Yeon sama sekali tidak menggubris dan kembali berbicara dengan pasien yang sedang ditanganinya. Membuat Shi Jin bertanya-tanya kenapa ia diacuhkan.
Tiba-tiba Mo Yeon menyadari kalau pasien kecelakaan motornya menghilang lagi, ia tidak melihat si pencuri itu ada di tempat tidur. Mi Jin mengatakan kalau mungkin pasien Mo Yeon itu sedang menjalani pemeriksaan rontgen.
Namun Mo Yeon berpikir lain. Mo Yeon melihat ke arah Shi Jin lagi dan berpikir kalau Shii Jin adalah orang yang akan mengirim pasiennya ke kamar mayat. Shi Jin mencoba menjelaskan kalau Mo Yeon salah orang tapi Mo Yeon sudah tidak mau mendengarkan lagi. Ia memerintahkan Min Ji untuk mengusir Shi Jin dan Dae Young keluar dan memanggil security supaya mereka tidak menyebabkan kekacauan di rumah sakit.
Min Ji mendorong Shi Jin dan Dae Young agak jauh dari Mo Yeon dan kemudian menutup tirai tampat tidur pasien yang sedang ditangani oleh Mo Yeon.
Saat tirai ditutup, Shi Jin dan Mo Yeon saling menatap…
Dae Young menduga si pencuri itu pasti melarikan diri. Ia mengajak Shi Jin mencari si pencuri itu karena yakin si pencuri itu pasti belum jauh. Shi Jin setuju dengan Dae Young tapi ia menyuruh Dae Young pergi mencari sendiri. Dae young bete dengernya dan melirik sebal ke arah Shi jin yang senyum senyum sendiri. Shi Jin berakting, memegang perutnya yang sisi kiri sambil mengeluhkan perutnya yang sakit dan usus buntunya yang sakit. dengan cool Dae Young mengatakan sisi yang dipegang oleh Shi Jin salah, karena usus buntu di sebelah kanan. hahahha mukanya Dae Young keliatan banget sebelnya.
Shi Jin tertawa ga enak , ketahuan bohongnya dan terpaksa pergi mengikuti Dae Young.hahahhahahahah
Shi Jin ingin tahu kemana Dae Young berencana akan mencari si pencuri itu. “Aku punya feeling, tadi aku melihat sekelompok gang…”. Ucapan Dae Young terpotong saat ia melihat si pencuri itu ternyata sedang dipukuli oleh gang yang ia lihat tadi.
Shi Jin mencegah Dae Young yang mau ke sana, bertanya apakah isi ponsel itu sebegitu pentingnya bagi Dae Young. Apa ponselmu itu berisi file yang tidak boleh dilihat oleh orang lain?, goda Shi Jin.
Dae Young meng-iyakan dan Shi Jin memuji Dae Young yang memang pria sejati. Shi Jin sangat excited dan malah maju lebih dulu, ‘menyapa’ pada gangster itu. Dae Young mendekati dan berdiri di depan si pencuri itu, mengatakan kalau ia punya urusan yang belum selesai dengan si pencuri itu.
“Kalau begitu, kalian harus tunggu giliran”, sahut salah seorang gangster.
Si pencuri itu memegangi kaki Dae Young, memohon agar Dae Young menolongnya. Shi Jin mendengus sinis, “Hei! Apa kau mencuri ponsel mereka juga?”.
Dae Young mendekati si pencuri itu dan menanyakan alasan mereka memukulnya. Si pencuri itu tidak menjawab, ia hanya meminta Dae Young menolongnya dan berjanji akan mengembalikan ponsel Dae Young.
Shi Jin kembali mendengus sinis, ia merasa kesepakatan mereka tidak adil karena lawan yang harus ia dan Dae Young hadapi lebih banyak.
Lalu teman si pencuri menimpal, memberitahukan kalau temannya itu, Gi Beom tidak diperbolehkan keluar dari gang dan kalau mau keluar, mereka harus membayar sejumlah 5000 dolar.
Shi Jin kaget mendengarnya dan bertanya pada Dae Young, apa di dalam gang memang seperti itu. Dae Young tidak menjawab, dan hanya mengomentari harga yang harus dibayar semakin tinggi akhir-akhir ini.
“Oh, kau juga anggota gangster ya? Karena dia tidak punya apa-apa, bagaimana kalau kita berdua selesaikan saja disini?”, tantang salah satu anggota gang pada Dae Young.
Dae Young menerima tantangan mereka dan setuju juga memberikan uangnya pada mereka. Dae Young mengambil dompetnya dan menantang gangster itu, siapa pun yang bisa merebut dompet itu darinya, maka mereka bisa memdapatkan isinya juga.
“Benarkah? Kau serius?”, tanya salah seorang gangster, senang karena mendapatkan mangsa. Shi Jin juga menanyakan keseriusan Dae Young.
Dae Young mengatakan kalau ia serius, dan meminta Shi Jin tidak ikut campur.
Shi Jin mengerti dan mundur.
Dae Young menanyakan nama si pencuri itu lagi. “Kim Gi Beom…”, jawab si pencuri itu. Dan Dae young mengatakan pada semua gangster itu kalau mulai hari ini ia adalah kakak Kim Gi Beom. Dae Young berjanji, ia akan membayar uang keluar Gi Beom.

Dua orang anggota gangster maju dan mengeluarkan pisau mereka. “Kau mati kalau dompet itu kosong”, ancam salah seorang dari mereka. Dan mereka pun menyerang Dae Young.
Dengan sangat mudah Dae Young mengalahkan mereka, bahkan hanya memukul kepala mereka dengan dompetnya saja, mereka sudah jatuh kesakitan.
Shi Jin memungut pisau yang terjatuh di aspal dan membuang sembarangan. Ia merasa para gangster sok jagoan, membawa pisau kemana-mana tapi payah. Ia tidak bisa membiarkan gangster itu dan mengajak Dae Young untuk menghabisi mereka semua.
Semua gangster mengeluarkan pisau mereka dan bergerak maju mendekati Shi Jin dan Dae Young…
Min Ji memberitahukan Mo Yeon kalau pasien kecelakaan motor itu melarikan diri lagi. Mo Yeon sangat kesal. Mi Jin mengatakan ada orang yang mencari pasien itu.
Saat Mo Yeon bertanya siapa, Min Jin menunjuk ke arah seorang wanita yang berpakaian tentara yang membelakangi mereka.
“Yoon Myeong Joo?”, tanya Mo Yeong agak kaget.
“Kang Mo Yeon?”, ucap Myeong Joo juga agak kaget.
Mereka ternyata saling kenal. Mo Yeon menanyakan apakah Myeong Joo keluarga dari pasiennya. Myeong Jo malah balik bertanya, apa Mo Yeon yang bertanggung jawab pada pasien itu. Tanpa menjawab pertanyaan Mo Yeon, Myeong Joo meminta Mo Yeon memperlihatkan catatan medis pasien.
Mo Yeon menolak, karena rumah sakit itu bukan rumah sakit Myeong Joo dan pasien itu juga bukan pasiennya Myeong Joo. “Lucu ya? Kita selalu berhubungan dengan pria yang sama…”, sindir Mo Yeon.
“Aku tidak mau bercanda denganmu, berikan saja catatan medisnya. Dia orang yang penting bagiku”, desak Myeong Joo tidak sabaran. Mo Yeon agak kaget mendengarnya. Tapi Myoeng Joo merasa tidak perlu menjelaskan pada Mo Yeon. Ia menanyakan luka pasien dan menyalahkan Mo Yeon karena tidak bertanggung jawab dan membuat pasien kabur.
Mo Yeon hanya tersenyum. Ia juga tidak tahu kenapa pasien itu kabur dan bahkan belum membayar biaya rumah sakit. Karena Myeong Joo kenal dengan pasien itu, ia meminta Myeong Joo yang membayar biaya rumah sakit.
Lalu Mo Yeon berpesan pada Min Jin untuk meminta security mengecek toilet laki-laki. “Jika dia memang tidak ada disana, orang ini akan membayar biaya rumah sakitnya…”.
Myeong Jo memanggil Mo Yeon yang akan pergi. Tapi Mo Yeon mengatakan ia sudah melakukan kewajibannya, ia sudah mengejar pasien yang tidak mau dirawat dua kali dan ia masih punya pekerjaan yang lain. Mo Yeon pergi, tidak mau menghiraukan Myeong Ju lagi.
Myeong Joo menanyakan dimana toilet laki-laki pada Min Ji. Dan Min Ji menunjukkan arahnya.

Mo Yeon memberitahukan teman sesama dokternya, Pyo Ji Soo kalau teman mereka, Myoeng Joo saat ini ada di IGD. Ji Soo ingat dengan Myeong Joo, seorang dokter bedah tentara dengan wajah yang cantik dan yang mencuri pria yang ditaksir Mo Yeon.
Mo Yeon tidak suka Ji Soo menyebutkan Myeong Joo itu cantik, menurutnya Myeong Joo cantik karena memakai make up. “Dia tetap cantik tanpa make up”, sahut Ji Soo lagi. Myeong Joo tidak bisa protes lagi dan hanya mengatakan kalau Myeong Joo juga tidak berkencan dengan pria itu.
“Itu masa lalu, tapi apa yang dia lakukan di sini? Apa dia terluka?”, tanya Ji Soo, ingin tahu.
Mo Yeon mengatakan bukan, pacar Myeong Joo yang terluka. Lalu Mo Yeon mengungkapkan rasa herannya karena pacar Myeong Joo itu usianya sepertinya masih 20-an tahun. Namun Ji Soo tidak percaya, ia mendengar pacar Myeong Joo itu tentara.
Mo Yeon tidak percaya, pacar Myeong Joo itu rambutnya panjang. Namun Ji Soo mengatakan kalau kisah cinta Myeong Joo dengan pacarnya itu cukup terkenal di kalangan militer. Ji Soo mengatakan kalau pacar Myeong Joo itu seorang Busagwan (disebut juga dengan NCO – Non Comissioned Officer atau setara Bintara).
Mo Yeon tidak mengerti dengan maksud Ji Soo. Ji Soo menjelaskan kalau itu adalah pangkat dalam militer, seperti sersan, sersan staf, atau sersan pertama. Dan ia mendengar pacar Myeong Jo itu sudah mengambil ujian kualifikasi. Dan Myeong Joo adalah seorang perwira di akademi militer dan juga seorang dokter bedah, ditambah lagi ayah Myeong Joo adalah seorang jenderal bintang tiga. Jadi karena latar belakang itulah, mereka disebut dengan pasangan kontroversi, ungkap Ji Soo lagi.
“Benarkah? Jadi siapa orang yang meninggalkan ponselnya padaku ya?”, tanya Mo Yeon, seperti pada dirinya sendiri.


Shi Jin dan Dae Young kembali ke rumah sakit sambil memapah Gi Beom. Tidak sengaja, mereka bertemu dengan Myeong Joo di depan IGD.  Shi jin melemparkan tatapan pada Dae young setelah melihat Myeong Joo. Dae Young dan Myeong Joo saling menatap. tatapan yang dalam. dalem banget loh, langsung bikin kita sadar mereka punya hubungan.

Perawat keluar dari ruang IGD dan kaget saat melihat keadaan Gi Beom yang semakin parah. Ja Ae menyuruh Min Ji memanggil dokter Kan Mo Yeon, sementara ia dan Shi Jin memapah Gi Beom masuk.
Myeong Joo mendekati Dae Young. Dae Young berdiri tegap, dan menatap lurus kearah Myeong Ju
tatapan Dae Young ga nahan....fokus baget.

. “Apa ini? Kau terlihat baik-baik saja setelah kecelakaan…”, ucap Myeong Joo sambil melihat Dae Young dari atas sampai ke bawah. “Ikut aku!”, perintah Myeong Joo tegas.
Dae Young menghela nafas dan mengikuti Myeong Joo.

Mo Yeon datang dengan tergopoh-gopoh dan menanyakan kenapa keadaan pasiennya semakin parah. Shi Jin mengatakan kalau Gi Beom baru saja mengalami suatu kejadian setelah mengalami kecelakaan yang memalukan tadi.
“Ini lebih terlihat seperti penganiayaan daripada kecelakaan… Apa kalian memukulnya?”, tanya Mo Yeon tidak percaya.
“Yang benar saja…”, sahut Shi Jin, tertawa kecil.
Mo Yeon beralih pada Gi Beon, menanyakan siapa yang memukul Gi Beom. Mo Yeon meminta Gi Beom jujur padanya dan tidak usah khawatir karena Gi Beom sudah ada di rumah sakit.
“Bukan mereka… Mereka malah menolongku…”, jawab Gi Beom. Mo Yeon masih tidak percaya dan kembali meminta Gi Beom untuk mengatakan yang sebenarnya padanya, ia juga berjanji akan memanggil security.
Shi Jin duduk di tempat tidur Gi Beom, sangat dekat dengan Mo Yeon dan mengatakan, “Kau tidak akan percaya apa pun yang dia katakan, kan?”. Mo Yeon tidak menjawab, 
Mo Yeon kembali beralih pada Gi Beom, mengatakan kalau ia akan memberikan obat pereda nyeri dan akan melakukan rontgen pada seluruh tubuh Gi Beom. Mo Yeon berpesan pada Ja Ae untuk mengantarkan Gi Beom ke ruang rontgen kalau Ja Ae sudah membersihkan luka Gi Beom. Tapi kemudian ia berubah pikiran, mengatakan kalau ia yang akan mengantarkannya sendiri.
Lalu Mo Yeon beralih pada Min Ji, menyuruh Min Ji menghubungi security karena ia akan segera ke sana untuk mengecek CCTV. Ia mengatakan pada Min Ji kalau ia sendiri yang akan memanggil polisi.
Shi Jin menatap dan memperhatikan seluruh gerak-gerik Mo Yeon dengan ekspresi penuh ketertarikan.
Melihat Mo Yeon keluar dari ruang IGD, Shi Jin berlari mengikuti Mo Yeon dan menahan lengan Mo Yeon. “Lepaskan aku!”, marah Mo Yeon.
“Baiklah. Tapi setelah aku meluruskan masalah ini”, ucap Shi Jin. Shi Jin menjelaskan kalau Gi Beom mengatakan yang sejujurnya. Mereka datang ke rumah sakit karena ponsel temannya hilang, mereka melihat Gi Beom dipukuli oleh gangster dan mereka membantu Gi Beom.
Mo Yeon sama sekali tidak percaya, setelah ponsel mereka dicuri tapi kenapa mereka mau membantu Gi Beom. “Bagiku kau lebih terlihat seperti gangsternya”, ucap Mo Yeon.
Mo Yeon menekan nomor 112 untuk menghubungi polisi. Mo Yeon menepis ponsel Mo Yeon hingga melayang ke atas dan kemudian menangkapnya. Mo Yeon menatap Shi Jin, kaget.

hwuah gerakan shi jin keren banget.

 “Apa yang kau lakukan?” kata Moe Yeon dengan sebal
“Biar aku katakan yang sebenarnya… Aku tidak mau berurusan dengan polisi…”, ucap Shi Jin.
“Benarkah?”. Shi Jin menganggukkan kepalanya. Lalu dengan nada tegas, Mo Yeon meminta Shi Jin mengembalikan ponselnya. Tapi Shi Jin tidak mau memberikannya, ia mengatakan sebenarnya ia dan temannya adalah tentara dan mereka sedang libur. Jika mereka ketahuan berurusan dengan penganiayaan, maka itu akan merepotkan, mereka harus mengisi banyak dokumen.
Shi Jin menyimpan ponsel Mo Yeon dalam saku celananya. “Jadi mohon kerjasamanya…”, ucap Shi Jin sambil tersenyum manis.
Mo Yeon tidak terpengaruh. “Kenapa juga aku harus bekerja sama denganmu. Siapa peduli kau tentara atau gangster? Kembalikan ponselku”.
Senyum Shi Jin menghilang, kesabarannya hampir habis. Ia mengeluarkan tag namanya dari balik kausnya dan mengatakan, karena semua orang di Korea punya tag seperti itu, maka itu tidak akan membuktikan apa pun. Lalu Shi Jin mengeluarkan, mungkin kartu ID-nya dari dalam dompetnya, dan mengatakan kartu itu bisa saja palsu jadi akan percuma saja.
Shi Jin menanyakan dimana kuliahnya Mo Yeon. Karena Mo Yeon bekerja di rumah sakit Haesung jadi ia menebak Mo Yeon pasti lulusan Universitas Myungin.
“Kenapa?”
“Kau kenal Yoon Myeong Ju, kan? Mungkin kalian seangkatan…”, ucap Shi Jin.
Mo Yeon langsung terdiam sesaat. “Bagaimana kau mengenalnya?”, tanya Mo Yeon heran. Lalu tiba-tiba Mo Yeon teringat, “Apa kau… si sersan….”. Mo Yeon berusaha menyebut pangkat dalam militer tapi ia tidak bisa.
“Busangwan?”, tebak Shi Jin sambil tersenyum. senyum manisssss banget
“Ya. Itu, busangwan…”.
Shi Jin mengatakan kalau orang yang dimaksud Mo Yeon bukan dirinya tapi jika Mo Yeon mau mengikutinya, maka akan ada seseorang yang bisa membuktikan identitasnya.
Mo Yeon mendesah dan terpaksa mengikuti Shi Jin.

Sementara itu Dae Young sedang berbicara dengan Myeong Ju
Myeong ju : “Sudah sangat lama” 
Dae Young : ''ya benar''

Myeong Ju :'' Pasti sulit untuk menghindariku, tapi kau tampak baik-baik saja''
Dae Young : ''ya benar''

Myeong Ju :''kapan kita bisa bicara tanpa ada jarak (pangkat) diantara kita Ia yakin, jika bukan karena pangkat, Dae Young pasti tidak akan mau berbicara dengannya.''
Dae Young : ''ya benar''

duh Dae Young bener bener kayak lagi jawab atasannya pendek banget.. myeong Ju mulai naek darah
*aku juga kayaknya kalo  di gituin

“Saya benar-benar akan membunuhmu. Berapa lama kau akan terus menghindariku? Mengapa kau tidak menjawab telponku? Berapa lama lagi kau akan lari?,” tanya Myeong Joo dengan sedih dan mata berkaca kaca.
“Jawab saya! Kau tak tahu alasannya? Itu tidak benar.” Myeng Joo mengakui bahwa dia hanya ingin mendengar suaranya. (duh jadi kasian sama Myeong Ju)
Sementara, Dae Young menatapnya dengan dingin dan mengatakan bahwa alasannya bukan seperti yang ia pikirkan.
Dae Young berharap Myeong Joo tidak berpikir dia pergi karna dirinya. Dae Young mengatakan bahwa hatinya berubah, dan tidak ada lagi yang perlu ia jelaskan perihal perubahan hati.
Tapi Myeng Joo mengatakan bahwa dia tidak percaya.  Sementara Dae Young pergi meninggalkannya karna menurutnya tidak ada lagi yang perlu mereka bicarakan.
Myeong Joo berteriak memanggil namanya untuk berhenti, tapi Dae Young tetap melangkahkan kakinya. Tapi saat Myeng Joo memanggilnya dengan jabatannya Sersan Mayor Dae Young . Dae young berhenti. 

Myeong Ju mengatakan dia belum memberikan hormat kepada dokter tentara,  
Dae Young berbalik, dan memberi hormat. Myeong Joo tertegun sesaat lalu ia datang mendekatinya tapi Seo Yeong menatap lurus kedepan .. huahhh kok sedih ya liat  dua orang ini.
Myeong berkata dengan keras tapi sedih : “Tetap berdiri seperti itu. Tetap berdiri sampai malam. Tetap berdiri sampai kau mati. Saya tidak akan pernah menerima kesetiaanmu.” matanya myeong juu berkaca kaca
Shi Jin datang dan menurunkan tangan Da Young. Dia menegur Myeng Joo karna menyalah gunakan kekuasaannya.
Myeng Joo hanya menjawab itu hanya pelatihan untuk prajurit pengecut, dan bertanya apa yang ia butuhkan.

Lalu Shi Jin mengatakan pada Myeong Ju kalau ia ingin Myeong Ju mengkonfirmasi identifikasinya pada Mo Yeon. Tapi Myeong Ju berkata, Mo Yeon tidak akan percaya padanya.
“Aku lebih percaya pada orang yang lebih lama kukenal daripada orang yang baru aku temui. Jadi katakan saja padaku”, sahut Mo Yeon yang berdiri agak jauuh dari mereka.
“Benarkah? Kalau begitu, kau harus melaporkan dua orang ini. Mereka tentara yang melarikan diri…”. Setelah menatap Dae Young sesaat, Myeong Ju berbalik pergi, tidak menggubris protesnya Shi Jin.
Dae Young meminta kembali ponselnya dan Mo Yeon memberikannya karena ia sudah mengkonfirmasi mereka. Shi Jin berpikir urusannya dengan Mo Yeon sudah selesai tapi ternyata belum. Mo Yeon meminta Shi Jin mengikutinya karena ia masih perlu memastikan apakah Shi Jin melakukan penganiayaan atau tidak.
Petugas CCTV mengatakan butuh waktu 5 menit untuk menemukan rekaman yang Mo Yeon cari jadi ia minta mereka menunggu di luar. Petugas itu masuk ke dalam ruangan CCTV.
Awalnya, Shi Jin dan Mo Yeon menunggu dalam diam dan sedikit canggung. Shi Jin mengikuti Mo Yeon yang bersandar di dinding dan berdiri di samping Mo Yeon. Shi Jin meletakkan tangannya ke bar yang terpasang di dinding dan tidak sengaja, malah menyentuh tangan Mo Yeon.
Mo Yeon kaget dan langsung menarik tangannya. Lalu tak lama kemudian, Mo Yeon membuka suara, menanyakan bagaimana Shi Jin bisa mengenal Myeong Ju.
“Kami bersekolah di akademi yang sama…”, beritahu Shi Jin.
“Aaa…”. Mo Yeon menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
Shi Jin ingin tahu apakah Mo Yeon memang harus menanyakan itu setelah mengkonfirmasi indentitasnya pada Myeong Ju. “Apa aku benar-benar seperti pembohong?”, tanya SHi Jin.
Mo Yeon tersenyum dan mengatakan kalau pembunuh biasanya memang suka berbohong. Shi Jin menganggukkan kepalanya, memebenarkan ucapan Mo Yeon. “Hei, kau membuatku takut, kita cuma bedua di sini…”, ucap Mo Yeon, kaget.
Shi Jin menyuruh Mo Yeon tidak khawatir karena ia selalu melindungi wanita cantik, lansia, dan anak-anak. “Itu adalah moto hidupku”.
“Syukurlah, aku cocok dalam salah satu kategori itu…”, ucap Mo Yeon.
“Tidak, kau tidak masuk…”, bantah Shi Jin.
“Maksudku, yang lansia…”, sahut Mo Yeon dengan ekspresi sedikit kesal. Shi Jin tersenyum simpul.
Mo Yeon melirik Shi Jin dan menanyakan nama Shi Jin. Shi Jin menyebutkan namanya dan balik bertanya nama Mo Yeon. Mo Yeon juga menyebutkan namanya. Shi Jin mengulurkan tangannya sambil mengatakan ‘senang bertemu denganmu’, tapi Mo Yeon malah mengatakan, jangan terlalu bersikap ramah padanya. Shi Jin terpaksa menarik kembali tangannya.
Shi Jin tersenyum dan menatap Mo Yeon.
Gi Beom sudah sadar. Dae Young yang terus menunggu Gi Beom bertanya apakah Gi Beom suka berolah raga. Dae Young mengatakan kalau saat smu dulu, ia adalah atlit judo.
Gi Beom membenarkan, ia dulu belajar taekwondo dan sempat memenangkan medali emas. “Tapi bagaimana kau bisa tahu aku ikut olah raga?”, tanya Gi Beom. Dae Young mengatakan kalau dalam olah raga mereka belajar bukan untuk menghajar orang lain.
Perawat Ja Ae datang menanyakan keluarga Gi Beom karena ia ingin mengisikan data Gi Beom. Namun Gi Beom mengatakan ia tidak punya keluarga.
“Dia punya…”, sahut Dae Young, tiba-tiba. Gi Beom menatap Dae Young, bingung.

Mo Yeon menonton rekaman aksi Shi Jin dan Dae Young dengan heboh, seperti sedang menonton film saja. Shi Jin menatap Mo Yeon sambil tersenyum.
Saat kembali dari ruang CCTV, Mo Yeon meminta maaf pada Shi Jin karena ia sudah paham. Shi Jin menerima permintaan maaf Mo Yeon dengan memberi satu syarat, Mo Yeon harus mengobatinya juga karena ia juga terluka.
Mo Yeon tertawa, tidak percaya tapi menanyakan dimana sakitnya Shi Jin itu. Shi Jin menunjukkan pinggang kirinya. Mo Yeon yang tidak percaya, menekan pinggang SHi Jin dengan jarinya, membuat Shi Jin mengaduh kesakitan sambil berpegangan pada lengan Mo Yeon.hahhahahahah
Mo Yeon masih tidak percaya dan terpaksa Shi Jin menunjukkan lukanya pada Mo Yeon. Mo Yeon refleks berteriak kaget dan menekan pinggir luka Shi Jin. Shi Jin diam-diam menatap Mo Yeon dan tersenyum.
Mo Yeon merawat luka Shi Jin dan mengatakan sepertinya luka Shi Jin kembali terbuka akibat perkelahian tadi. Mo Yeon ingin tahu kapan Shi Jin mendapatkan luka itu.
“Hmm… beberapa hari yang lalu…”.
“Kenapa?”, tanya Mo Yeon lagi.
Shi Jin mengatakan ia mendapatkan luka itu saat melakukan pekerjaan buruh. “Kau tahu kan pekerjaan tentara, seperti buruh begitu…”.
Mo Yeon tahu tapi ia heran melihat bekas luka Mo Yeon yang lain seperti bekas luka tembakan. 
“Kau tahu seperti apa luka tembakan?”, tanya Shi Jin, heran.
Mo Yeon mengatakan ia tidak pernah melihatnya di Korea, tapi ia pernah melihatnya saat bertugas di Afrika.
“Karena kau sudah tahu, aku akan mengatakannya, aku mendapatkan luka ini saat perang di Normandia, peluru beterbangan di udara dan aku harus melewatinya untuk menyelamatkan temanku…”, ucap Shi Jin.
Mo Yeon tersenyum dan bertanya, “Apa mungkin nama temanmu itu… Prajurit Ryan?”. Shi Jin tersenyum dan menatap Mo Yeon dengan lembut.
Mo Yeon sempat terdiam sesaat, tapi kemudian ia tersadar dan mengatakan kalau ia sudah menjahit kembali luka Shi Jin. Ia meminta Shi Jin untuk mensteril lukanya setiap hari. “Ada klinik kan di sana?”.
“Bolehkah aku datang ke sini?”.
“Tapi bukannya terlalu jauh?”.
“Iya sih, tapi aku ingin ke sini. Bolehkah aku datang ke sini setiap hari?”. hahahahaha maksa banget

*kode keras dari Shi jin
Mo Yeon mengatakan Shi Jin cukup datang 3 atau 4 kali dalam seminggu kalau Shi Jin ingin cepat pulih. “Apa kau akan menjadi dokterku?”, tanya Shi Jin. Mo Yeon mengatakan kalau Shi Jin tidak membutuhkan dokter jika hanya untuk mensteril lukanya.
“Tapi aku perlu. Terutama kalau dokter itu cantik…”.
Mo Yeon tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Mengatakan kalau Shi Jin memilih dokter atas dasar kecantikan, maka Shi Jin memilih dokter yang tepat. Ia berjanji akan mengosongkan jamnya di jam 2 siang.
Shi Jin menatap Mo Yeon dan mengatakan, “Dokter biasanya tidak punya pacar karena terlalu sibuk…”. bener sih tapi biasanya mereka pacaran dirumah sakit sama dokter juga.....hahahha sok tau
Mo Yeon balas mengatakan, “Tentara biasanya tidak punya pacar karena terlalu banyak perang…”.
“Jadi siapa yang akan menjawab?”, tanya Shi Jin. Mo Yeon hanya tersenyum…

huaaaaaaaa manis banget adegan ini.
Dae Young baru selesai jogging dan kembali ke asrama. Ia melihat Shi Jin sedang berdiri di depan cermin yang sedang dipegang oleh teman mereka, sibuk memilih baju mana yang akan ia pakai. Ia menanyakan pendapat dae Young, baju mana yang harus ia pakai.
“Kau ini berpakaian seperti itu untuk siapa?”, tanya Dae Young. Shi Jin mengatakan ia akan ke rumah sakit Hae Sung untuk merawat lukanya. Salah satu teman yang lain menimpali, kalau Shi Jin mau menyetir 90 menit hanya untuk merawat luka padahal mereka juga punya rumah sakit .

manja banget temannya Shi jin di asrama peluk boneka pacar Shi jin. hahah
Shi Jin menyuruh temannya itu diam, mengatakan kalau pemuda yang sehat adalah aset negara. Ia ingin dirawat di rumah sakit Haesung yang memiliki staf dan alat yang terbaik. Jadi dengan begitu ia akan cepat pulih dan kembali membela negara…
“Dokternya di sana pasti cantik…”, komentar Dae Young.
Teman mereka yang memegang cermin menganggukkan kepalanya, setuju dengan ucapan Dae Young. Shi Jin mengatakan dokter di rumah sakit mereka tidak ada yang cantik.
“Ada satu yang super cantik. Yoon Myeong Ju…”, masih sahut tentara yang memegang cermin. Wajah Dae Young terlihat tidak senang. Si tentara ini terus mengoceh, mengatakan kalau ia tahu tentang Myeong Ju yang baru saja diputuskan oleh pacarnya dan sangat ingin bertemu dengan si brengsek itu.
Teman-temannya yang lain langsung menarik si tentara itu ke dinding dan menggencetnya dengan cermin. Si tentara itu protes karena tidak tahu kesalahannya apa. “Rasa penasaranmu itu akan membuatmu mati…”, ucap Shi Jin pada temannya itu
Lalu tiba-tiba Dae Young mengatakan kalau ia ingin ikut dengan Shi Jin ke rumah sakit Haesung. Saat Shi Jin ingin tahu ada urusan apa Dae Young ke rumah sakit Haesung, Dae Young tidak mengatakan apa pun.
Dae Young membayar semua biaya rumah sakit Gi Beom yang sepertinya sudah saatnya keluar dari rumah sakit. Shi Jin mengomentari tindakan Dae Young dengan mengatakan kalau mereka tidak dibayar banyak di tentara. Tapi Dae Young diam saja.
Shi Jin menasehati Gi Beom supaya memperbaiki sikapnya, jangan sampai ketahuan padanya lagi kalau Gi Beom terlibat masalah. Lalu Shi Jin pamit pada Dae Young untuk menemui dokternya.
Dae Young memberikan bukti pembayaran rumah sakit pada Gi Beom. Ia mengingatkan Gi Beom agar minum obat yang teratur setelah makan. Gi Beom berterima kasih pada Dae Young dan mengatakan ia tidak bisa membayar hutangnya pada Dae Young. Gi Beom juga melarang Dae Young menceramahinya.
Dae Young menatap Gi Beom dan mengatakan, tidak akan. Lalu Dae Young mengucapkan selamat tinggal dan pergi begitu saja. Gi Beom memanggil Dae Young, dan Dae Young berhenti. Gi Beom meminta maaf karena sudah mencuri ponsel Dae Young.
“Permintaan maaf diterima”, sahut Dae Young dan kemudian berbalik pergi lagi. Gi Beom memanggil Dae Young lagi dan mengatakan kalau ia sudah dipukuli dan ia juga sudah membayar pada mereka. Gi Beom bertanya, bagaimana cara Dae Young terbebas dari orang-orang seperti itu.
“Aku pergi ke tempat dimana mereka tidak bisa mengikutiku…”, jawab Dae Young.
“Dimana itu?”

Sementara itu, Shi Jin melihat Mo Yeon sedang sangat sibuk. Mo Yeon sedang duduk diatas seorang pasien sambil menekan perut pasien yang sudah dipenuhi darah, pasien itu sedang dibawa dengan tempat tidur ke ruang bedah.
Shi Jin melihat itu dan diam-diam ikut mendorong tempat tidur, tanpa sepengetahuan Mo Yeon. Shi Jin tersenyum manis sambil menatap Mo Yeon. Terlihat Shi Jin memegang topi dengan tanda bintang,
Shi Jin mendorong hingga ke depan ruang operasi dan ia melihat di papan pengumuman, dokter bedah yang bertanggung jawab melakukan operasi adalah Mo Yeon. Sementara jam menunjukkan pukul setengah satu siang.
Shi Jin sepertinya menunggu cukup lama, hingga hari mulai gelap.
Mo Yeon baru keluar dari ruang operasi pukul 6 sore. Sepertinya ia teringat dengan janjinya pada Shi Jin dan segera berlari dari sana.
Saat sedang berolah raga, Shi Jin mendapatkan telpon dari Mo Yeon. Shi Jin langsung tersenyum saat mengetahui yang menelponnya adalah Mo Yeon. “Kau sudah selesai operasi?”, tanya Shi Jin.
Mo Yeon mengatakan ia mendengar tadi siang Shi Jin datang, Shi Jin mengatakan baru kali ini ia tidak diladeni oleh dokter.
Mo Yeon tersenyum, mengatakan kalau operasi tadi siang adalah operasi darurat.
“Apa dia selamat?”.
“Apa?”
“Pasien itu…”.
“Ya. Aku menyelamatkannya…”, sahut Mo Yeon.
“Syukurlah… Jadi, ini nomormu?”.
“Ya…”.
“Jadi, kau sudah mendapatkan nomorku?”
“Kau boleh menyimpan nomorku…”, ucap Mo Yeon.
Shi Jin tersenyum senang dan mengatakan ia ingin bertemu dengan Mo Yeon besok. Mo Yeon tersenyum, “Apa kau selalu berterus terang seperti ini?”
“Maksudku aku mau dirawat besok…”, sahut Shi Jin.
Senyum Mo Yeon langsung menghilang. “Aku tahu… Itu juga yang kumaksud…”
“Aku tidak yakin…”.
“Kau harus mempercayai doktermu…”, Mo Yeon tertawa, begitu juga dengan Shi Jin. Lalu Mo Yeon menanyakan apa Shi Jin meminum obatnya dengan teratur.
“Apa akan semakin sakit kalau aku tidak minum obat? Apa aku akan dirawat nantinya?”.
Mo Yeon tersenyum, lalu bertanya kapan waktu kosong Shi Jin besok.
Shi Jin terdiam, wajahnya berubah serius. “Lupakan itu. Bagaimana kalau bertemu sekarang? Kau keberatan?”.
“Tidak, datanglah ke sini…”.
Mo Yeon menutup telponnya dan tersenyum.
Shi Jin sudah tiba di rumah sakit dan sedang menunggu di depan lift sambil membuka website untuk mencari informasi tentang film. Sementara Mo Yeon, sudah berada di lift dan sedang memperbaiki make up-nya. 
Selagi menunggu Mo Yeon, Shi Jin melihat berita di televisi yang melaporkan dua pekerja PBB telah diculik. Sesaat kemudian, Shi Jin mendapatkan telpon dan mengabarkan posisinya pada orang yang menelponnya.
Shi Jin masuk ke lift yang naik sambil menelpon Mo Yeon.
Pada saat yang bersamaan, Mo Yeon keluar dari lift yang satunya lagi dan mengangkat telpon dari Shi Jin. “Kau sudah datang?”, tanyanya.
“Ya, tapi aku harus pergi karena ada sesuatu…”.
“Sekarang? Kau dimana sekarang?”
“Di atap…”.
“Di atap? Atap mana?”.

Mo Yeon menyusul Shi Jin ke atap. Ia menanyakan apa yang dilakukan Shi Jin di sana. Shi Jin meminta maaf karena ia tidak bisa menepati janjinya kali ini. Tiba-tiba sebuah helikopter mendekat.
Mo Yeon berpikir helikopter itu datang ke rumah sakit, tapi Shi Jin mengatakan helikopter itu datang untuk menjemputnya.
“Untukmu?”, Mo Yeon kaget. Ia berpikir ada perang. Shi Jin membenarkan, setiap hari memang ada perang dan kali ini bukan di Korea.
“Lalu kenapa helikopter itu datang menjemputmu?”.
“Aku akan menjelaskan nanti. Tapi berjanjilah satu hal padaku…”.
Helikopter sudah mendarat tidak jauh dari Shi Jin dan Mo Yeon. “Ayo bertemu lagi minggu depan. Bukan di sini, di tempat yang lain…”, ajak Shi Jin.
“Tapi bagaimana dengan lukamu?”.
“Aku berjanji akan kembali dengan utuh… Ayo menonton film…”, ajak Shi Jin lagi.
Mo Yeon tidak menjawab, perhatiannya beralih ke helikopter lagi. Shi Jin memegang pundak Mo Yeon, mengalihkan perhatian Mo Yeon pada dirinya lagi. “Aku sudah tidak punya waktu. Jawablah… Ya atau tidak…”
Mo Yeong menganggukkan kepalanya dan menjawab, ya.
“Kau sudah berjanji padaku, ya…”, ucap Shi Jin dengan perasaan senang. Lalu Shi Jin berlari ke arah helikopter dan berbicara sebentar dengan pilot helikopter.
Sesaat sebelum naik ke helikopter, Shi Jin menatap Mo Yeon. Dan kemudian naik ke helikopter. Mo Yeon menatap kepergian Shi Jin dengan tatapan khawatir.
Setelah helikopter berangkat, Mo Yeon masih berdiri di atap, menatap helikopter yang terbang menjauh.
Shi Jin dan Dae Young, dan juga 3 tentara lainnya berada di dalam pesawat angkut militer. Setelah terbang selama tujuh jam, pilot mengumumkan kalau mereka sudah berada di area operasi dan akan segera memulai penerbangan taktis.
Lampu pesawat mulai dipadamkan.
Shi Jin dan yang lainnya melepaskan tag ID mereka dan Dae Young mengumpulkan semuanya. Salah seorang tentara, yang sepertinya masih baru, menanyakan kenapa mereka harus melepas ID mereka.
“Jika kita mati dalam bertugas, mayat kita harus selalu tidak teridentifikasi”, beritahu Dae Young.
Tak lama, lampu alarm di dalam pesawat berkedip-kedip, pertanda pintu belakang pesawat akan terbuka. Kelima tentara itu sudah bersiap terjun di depan pintu pesawat. Sementara di kejauhan, sudah terlihat pendar-pendar cahaya terang akibat ledakan bom.
Salah seorang tentara yang berdiri di belakang Shi Jin bertanya pada Shi Jin, dimana mereka sekarang.
.
“Afghanistan…”, sahut Shi Jin.
Pesawat terus terbang, melewati celah tebing batu yang tinggi, menuju pertempuran…
Komentar

aigooooo suka banget episode satu ini suka tegangnya... suka love line-nya
bukan cinta segitiga yang rumit tapi cinta yang manis... 

Seo Deo Young dan Myoung Ju pasti sulit banget menjalani kisah cinta mereka... seorang sersan biasa  jatuh cinta sama atasan sendiri dengan pangkat tinggi plus orang tua Myung Ju yang seorang jendral. pasti ga rela anaknya pacaran sm prajurit biasa. tatapan cinta di mata Dae Young ga bisa dilupain

Kang Mo Yong dan Shi Jin bukan kisah cinta tanpa rintangan 
mereka sudah mengatakannya .. dokter pasti selalu sibuk dan anggota pasukan khusus yang  selalu ada di lokasi kekacauan..susah ketemunya...itu saja sudah rintangan tersendiri

faithing .......